Pasien Leukemia di RSUD dr Soetomo yang Kian Banyak dan Muda

Selasa, 10 Juni 2014 – 02:57 WIB
TETAP KUAT: Ricky Fer dy an dirawat di RSUD dr Soetomo. Dia didiagnosis menderita leukemia setelah drop pascakhitan. (Fedrik Tarigan/Jawa Pos)

jpnn.com - SETIAP hari ada sekitar 20 pasien yang menunggu dan mengantre periksa darah atau kontrol lain di Ruang Hematologi Anak RSUD dr Soetomo. Ruang itu memang diperuntukkan anak-anak penderita kanker darah atau tumor solid.

Berdasar data divisi hematologi, setiap dua hari ada satu pasien yang datang sebagai kasus baru. Dalam setahun, rata-rata ada 200 pasien kanker darah yang berkunjung ke divisi tersebut. Itu belum termasuk pasien yang rawat jalan dan rawat inap.

BACA JUGA: Sumut Pecah Lima, Provinsi Induk tak Akan Miskin

Data dari Pusat IT RSUD dr Soetomo menunjukkan, pada Januari–April 2014 ada 913 pasien yang berobat ke poli onkologi satu atap. Jumlah itu terdiri atas 717 pasien leukemia jenis acute lymphoblastic leukemia (ALL), 7 penderita acute myeloid leukemia(AML), dan 189 pasien chronic myelogenous leukemia (CML).

Sementara itu, mereka yang kondisinya parah dan harus diopname di Irna Anak RSUD dr Soetomo sebanyak 202 orang. Perinciannya, 191 pasien ALL, 2 AML, dan 9 CML. Kondisi mereka bervariasi. Ada yang pasien baru, ada yang memang kontrol rutin.

BACA JUGA: Angin Kencang, Pohon Tumbang Timpa Pengendara

Di antara mereka, ada Ricky Ferdyan yang sudah sebulan lebih menginap di RSUD dr Soetomo. Umurnya 13 tahun. Wajahnya pucat. Matanya yang bulat tampak layu. Lesu.

Sembari terus tergolek di atas bed, Ricky ditemani ibunya, Yanti. Hari itu perempuan 34 tahun tersebut membantu anaknya minum seteguk air. Yanti menceritakan, penyakit itu baru diketahui setelah anak sulungnya tersebut khitan. ’’Anak saya disunat Desember 2013. Sejak itu badannya panas dan pucat,’’ ungkapnya.

BACA JUGA: Rem Blong, Enam Kendaraan Tabrakan Beruntun

Bahkan, pada hari pertama setelah khitan, suhu tubuhnya naik-turun. Kalau siang, suhu tubuh Ricky dingin. Kalau malam, temperaturnya naik. ’’Pernah suhunya 39–40 derajat,’’ kata Yanti.

Lelaki yang saat ini duduk di bangku kelas VII SMP tersebut bahkan sempat mengalami mimisan (epistaksis). Semakin hari sejak dia dikhitan, kondisi tubuhnya makin parah. Tubuhnya kian pucat, meriang, hingga muntah darah.

Untung, Ricky tidak terlampau bermasalah dengan nafsu makan. Apa pun yang dimasak Yanti pasti dilahapnya. Nah, hal itu justru membikin orang tuanya kian bingung. ’’Makannya banyak, tapi kok tetap pucat dan tambah kurus,’’ tutur perempuan Mojokerto itu.

Dalam kondisi resah, Ricky dilarikan ke RS Anwar Medika Sidoarjo. Oleh dokter, siswa MTs Nurul Huda Sidoarjo tersebut didiagnosis mengalami leukemia akut. Vonis itu tentu membuat Yanti kaget dan tak percaya. Sebab, di keluarganya, sepengakuan Yanti, tidak ada yang punya riwayat kanker. Terlebih leukemia. Meski begitu, Yanti tidak punya pilihan lain. Saran dokter dipatuhinya. Ricky diopname selama sehari untuk menstabilkan suhu tubuh dan kondisinya.

Setelah itu, bocah kelahiran 24 April 2001 tersebut dirawat selama tujuh hari di RSUD dr Soetomo. ’’Dia ditransfusi darah merah dan putih,’’ cerita Yanti. Sepekan menginap, Ricky pulang ke Mojokerto. Bocah penyuka nugget dan sosis itu diobati dengan jus jambu merah dan obat herbal.

Sayangnya, setelah minum tiga bulan, leher Ricky malah ditumbuhi benjolan. Segera setelah kelainan itu muncul, Yanti menghentikan obat herbal tersebut. ”Pas berhenti, dia langsung drop. Langsung saya periksakan ke RS Citra Medika,” tuturnya.

Hasil pemeriksaan menunjukkan, hemoglobin (Hb) darah Ricky hanya 4 gr/dL. Padahal, normalnya 13gr/dL. Kondisi itu bisa mengakibatkan seseorang pusing, pingsan, hingga tidak sadarkan diri. ’’Tapi, anak saya malah mengaku tidak merasa pusing,’’ jelasnya.

Lambat laun, demam setelah khitan itu menimbulkan banyak benjolan di leher, ketiak, dan lipatan paha. ’’Kakinya juga bengkak. Sempat muntah kuning. Langsung kami rujuk ke RSUD dr Soetomo,’’ kata Yanti sembari sesekali mengusap bahu putranya.

Tepat 17 April, Ricky diopname di RSUD dr Soetomo. Dia kembali diinjeksi darah merah dan cairan infus selama 22 hari. Pada 9 Mei, setelah kondisinya membaik, Ricky yang hobi menggambar itu menjalani kemoterapi untuk kali pertama sebelumcheck out.

Tapi, Ricky tidak lama tinggal di rumah. Setelah menyantap makanan kesukaannya, yakni usus, Ricky kembali check in di rumah sakit pada 13 Mei. Sekali lagi, dia diinjeksi darah merah dan putih.

Tepat di samping Ricky, di Irna Anak RSUD dr Soetomo, ada Yeremia Daniel Mamahit, warga Kedung Pengkol. Bocah berdarah Manado-Jawa itu didiagnosis leukemia sekitar sebulan lalu. Gejalanya mirip. Yakni, panas seperti demam biasa.

Itu dialaminya selepas bermain basket pada 10 April. Dia terjatuh saat hendak melakukan shoot. Kondisinya memang tidak langsung parah sebagaimana Ricky. Dia masih terlihat sehat dan bertenaga.

Bahkan, setelah jatuh, dia hanya mengalami ’’demam biasa’’ plus batuk. Tapi, lama-kelamaan demam itu tidak kunjung turun. Pada 23 April, Yeremia diperiksa di Puskesmas Mojo. Dokter curiga Yeremia kena demam berdarah. Setelah periksa darah, dokter malah merujuk Yeremia ke RSUD dr Soetomo.

Setelah sepekan dirawat di irna anak, tiga dokter mendatangi keluarga Yeremia. Pada saat itulah diagnosis penyakit tersebut diungkapkan. Tentu kaget sekali keluarga Yeremia. Panas, batuk, dan lemas yang dideritanya ternyata adalah gejala awal leukemia. Penyakit yang masih jadi momok. Sampai kini. (Priska Birahy/c7/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BPJS Ketenagakerjaan Salurkan Bus Pekerja di Batam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler