jpnn.com, RIAU - Pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Riau nomor urut 2, Nasir-Wardan mengeluarkan banyak pernyataan ambigu dalam debat perdana yang berlangsung pada Selasa (28/10) malam.
Debat publik pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Riau berlangsung di SKA Co-Ex dan disiarkan langsung oleh Kompas TV.
BACA JUGA: Survei LSI: Abdul Wahid-SF Hariyanto Unggul dalam Pilgub Riau 2024
Momen menarik terjadi ketika para kandidat saling beradu argumen di sesi tanya-jawab.
Paslon nomor urut 3, Syamsuar dan Mawardi menanyakan secara spesifik tentang indikator visi Riau Emas yang diusung oleh paslon nomor urut 2.
BACA JUGA: Momen Langka Menjelang Pilgub Riau 2024, Irjen Iqbal jadi Inisiatornya
Syamsuar ingin tahu bagaimana Nasir merencanakan realisasi visi tersebut, yang tampaknya mengadopsi konsep Indonesia Emas.
“Dalam visi bapak menyebutkan akan mewujudkan visi Riau Emas, ini seperti visi Indonesia Emas, bagaimana mewujudkan itu?” tanya Syamsuar.
BACA JUGA: Polresta Pekanbaru Kerahkan Ratusan Personel Mengamankan Debat Perdana Pilgub Riau 2024
Mawardi, calon wakil dari paslon nomor 3, menambahkan bahwa target Riau Emas tahun 2030 lebih ambisius dibandingkan dengan visi Indonesia Emas yang dijadwalkan pada 2045. “Apa indikatornya?” tanya Mawardi.
Menanggapi hal ini, Cagubri nomor urut 2, Muhammad Nasir, tampak sedikit gelagapan.
Dia menjawab bahwa, jika terpilih, pihaknya akan menuntaskan hal tersebut dengan mencari dukungan dari anggaran pusat untuk mengatasi persoalan infrastruktur desa.
Dia menjanjikan Rp 500 miliar per desa dan kabupaten per tahun dari APBN untuk memperbaiki jalan desa yang rusak.
Nasir juga menyebut rencana menaikkan APBD Riau dari Rp 9,6 triliun menjadi Rp 15 triliun per tahun, seperti pada masa kepemimpinan Gubernur Rusli.
Di sisi lain, Paslon nomor urut 1, Abdul Wahid dan Sf. Hariyanto, mengajukan pertanyaan mengenai penerapan budaya Melayu dalam tata kelola pemerintahan yang bersih.
Namun, jawaban paslon 02, Nasir-Wardan, tidak secara langsung menyinggung penerapan budaya dalam konteks pemerintahan yang baik.
Sebaliknya, Nasir menyinggung sejarah Istana Siak dan peran budaya sebagai objek wisata.
Nasir menjelaskan, “Budaya itu satu objek wisata yang bagus. Kami ingin budaya ini diceritakan dan jadi sejarah, bagaimana Istana Siak hari ini dapat menjadi potensi budaya yang baik.
”Debat publik ini berlangsung selama sekitar dua jam, dengan tema tata kelola pemerintahan yang baik dan pembangunan inklusif.
Pertukaran gagasan dan diskusi mendalam memberikan gambaran visi dan program masing-masing pasangan calon dalam memajukan Provinsi Riau. (mcr36/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Rizki Ganda Marito