Pasokan Daging Tinggi, Harga Ikut Tinggi

Senin, 08 Oktober 2012 – 10:28 WIB
SURABAYA - Lonjakan harga daging tampaknya membuat para pedagang daging Jatim panik. Meski digadang sebagai lumbung daging nasional, ternyata pedagang daging di Jatim justru sulit mencari stok sapi dengan harga yang cocok.   
      
Ketua Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jatim Muthowif mengatakan, saat ini pasokan daging di Jatim semakin menipis. Pada rumah potong hewan di Surabaya misalnya, tahun lalu masih ada sekitar 90 ekor sapi yang dipotong setiap hari. "Bahkan kalau sabtu-minggu bisa mencapai seratus lebih. Tapi, sekarang turun. Maksimal 80 ekor sapi per hari," imbuhnya saat saat ditemui setelah rapat dengan Dinas Peternakan Jatim.

Salah satu permasalahan, lanjutnya, atas berkurangnya sapi yang dipotong tiap harri adalah sulitnya menemukan sapi dengan harga yang cocok. Dia menjelaskan, harga daging sapi segar di pasar tradisional saat ini mencapai kisaran Rp 70-75 ribu per kilo. Itu naik sebesar 20 persen dari harga 2011 yakni Rp 58-60 ribu per kilo. Bahkan, harga yang dipantau akhir-akhir ini sudah mencapai Rp 78 ribu. "Sebagai pedagang, kami bisa saja menaikkan harga. Toh, nanti pengaruhnya ke omset saja. Cuma, kami sebagai elemen masyarakat masih peduli dengan kenaikan harga daging sapi," ujarnya.

Muthowif menyebut tiga faktor penyebab persoalan tersebut. Pertama, larangan impor sapi di Jatim yang menyebabkan pelaku usaha feedlot (penggemukan sapi, Red) kini nimbrung ke penjualan sapi lokal. Dengan situasi tersebut, ada satu lagi tahap sebelum akhirnya sapi dijual ke pedagang daging. "Akhirnya mereka (pelaku feedlot) menjadi orang yang mengatur harga," katanya.

Faktor selanjutnya, kebijakan pemerintah provinsi yang memasok sapi untuk luar Jatim. Hal tersebut dikhawatirkan bakal menjadi pemicu kenaikan harga daging sapi. "Masalahnya, antara Jatim dan wilayah yang dipasok oleh Jatim punya perbedaan di daya beli. Misalnya, Jabodetabek atau Kalimantan. Kalau masyarakat disana beli daging seharga Rp 80 ribu per kilo itu wajar. Kalau masyarakat Jatim bagaimana?" ungkapnya.

Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur menyatakan, harga tinggi pada daging merupakan hal sementara. Sebab, saat ini merupakan momen mendekati idul qurban. "Kalau masalah pasokan sapi, bisa pantau sendiri di pasar sapi bagaimana ramainya penjual disana. Tapi, memang yang beli tak ada," ucapnya.

Maskur menerangkan, dia tak melihat masalah pada kebijakan larangan impor sapi dan pemasokan untuk luar Jatim. Sebab, menurut teori pasokan dan permintaan, Jatim masih jauh dari defisit sapi. "Populasi sapi saat ini sudah mendekati 4,8 juta ekor. Sedangkan konsumsi masyarakat Jatim per tahun mencapai 550 ribu ekor. Kebutuhan masyarakat per tahun pun tak banyak berubah," ungkapnya.

Maskur menambahkan, Jatim memang sudah seharusnya memasok wilayah luar Jatim. Karena, 4,8 juta ekor populasi sapi di Jatim mencakup 32 persen dari total populasi sapi di Indonesia. Kebanyakan yang dipasok ke luar pun ditujukan untuk pembibitan. Misalnya, pasokan untuk wilayah Kalimantan. "Yang kami pasok sapi siap potong adalah wilayah Jabodetabek. Dan total pasokan ke luar Jatim masih 80 ribu. Padahal kuota kami pada 2012 adalah 148 ribu ekor sapi," jelasnya.

Soal harga, Maskur tak ingin ikut campur. Menurutnya, penetapan harga sapi murni ditetapkan oleh situasi pasar. Apalagi, karakteristik penjualan sapi memang sedikit berbeda dari hewan pedaging lainnya. Sebab, 80 persen dari populasi sapi Jatim dimiliki oleh peternak rakyat. "Mereka memang mengandalkan sapi sebagai tabungan mereka, bukan untuk penghidupan sehari-hari. Jadi wajar kalau mereka meminta harga yang tinggi. Kalau tidak cocok ya bawa pulang," ujarnya.

Namun, dia mengaku bakal membantu pihak pedagang untuk menemukan kecocokan harga dengan pihak penjual sapi. Rencananya, pihak dinas peternakan Jatim bakal mempertemukan pihak pedagang dengan pelaku usaha feedlot dan peternak siap potong. "Kami hanya bisa memediasi saja," tambahnya. (bil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Colletion Pikat Kalangan Eksekutif

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler