jpnn.com - JAKARTA – Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon mulai tayang di bioskop hari ini. Film yang dibintangi Rio Dewanto dan Revalina S. Temat itu mengisahkan perjalanan tentara perdamaian Indonesia yang dikirim ke Lebanon.
Benni Setiawan, sutradara sekaligus penulis naskah, menyebutkan bahwa karyanya tersebut merupakan perpaduan kejadian nyata dan fiksi.
BACA JUGA: Dijuluki Penyanyi Terkaya Kedua di Asia, KD Bilang...
”Karakter-karakter di film itu rekaan. Cerita dramanya pun demikian. Tapi, ada beberapa part yang betul-betul terjadi. Misalnya, pasukan perdamaian Indonesia yang mendamaikan konflik di blue line (perbatasan antara Lebanon dan Israel, Red),” ungkapnya saat ditemui di studio Net TV, Mega Kuningan, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Benni melanjutkan, cerita film tersebut dibuat serius. Dia ingin mengangkat kegagahan pasukan Indonesia yang merupakan salah satu tim perdamaian terbaik sedunia. Namun, di balik itu, banyak kisah seru selama syuting.
BACA JUGA: Olla Ramlan: Alhamdulillah Suami Saya Masih Dalam Pantauan
Bagi Rio (Kapten Satria) dan Boris Bokir (Sersan Gulamo), syuting di Lebanon adalah pengalaman yang mengesankan. Boris menuturkan, Lebanon adalah negara kaya.
Di sana, mobil Hummer dan Rubicon berserakan. Mobil-mobil yang masuk jajaran kendaraan mewah di Indonesia tersebut malah dibiarkan tanpa perawatan khusus.
BACA JUGA: Begini Cara Shandy Aulia Meredamkan Amarah jika Suami Marah
”Berdebu gitu. Malah banyak yang penyok. Penyok itu jadi aksesori wajib buat mobil-mobil di sana,” jelasnya.
Selama hampir sebulan di Lebanon, para cast dan kru film produksi TeBe Silalahi Pictures tersebut mengaku rindu berat pada Indonesia. Rio dan Boris paling lantang berbicara soal itu. Boris menyebutkan, sesaat sebelum mendarat di Lebanon, dia dan teman-teman yang lain merasakan euforia ketika menjelajahi tempat baru dan kulinernya.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mereka ingin segera pulang ke Indonesia. ”Beneran itu. Mulai excited sampai muak juga di sana,” ucapnya.
Kerinduan mereka terhadap kampung halaman semakin terasa saat berurusan dengan perut. Boris menyatakan, lidahnya tidak cocok dengan masakan Lebanon.
Dia tak pernah sekali pun berhasil menghabiskan makanannya. ”Rasanya asam. Tidak ada gurih, manis, asin, atau apalah. Hanya asam. Jadi makin kangen rendang,” ujarnya.
Rio membenarkan hal tersebut. Menurut dia, makanan Lebanon kurang pas di lidah. Bahkan, fast food di sana terasa asam, tidak seperti masakan Indonesia. ”Brand sama, tapi rasa jauh berbeda. Benar-benar stres kalau soal makan,” katanya.
Untung, seorang juru masak dari KBRI Beirut dihadirkan ke lokasi syuting untuk memasak berbagai hidangan Indonesia. Sayang, dia tidak selalu stand by.
Pada hari-hari tertentu, juru masak itu kembali ke KBRI untuk menghadiri acara. Jika sudah begitu, mereka kembali berhadapan dengan masakan Lebanon.
”Tapi, akhirnya kami menemukan solusi, yaitu Chinese food. Chinese food sedunia itu rasanya sama. Lagipula, kami tidak asing dengan Chinese food,” tutur Boris.
”Kami sebenarnya membawa sambal dan makanan instan lain dari Indonesia, tapi sudah habis tak tersisa. Padahal, syuting di sana masih lama,” timpal Rio.
Menjelang kepulangan ke Indonesia, Rio dan Boris semakin merindukan makanan Indonesia. Sepanjang jalan, keduanya hanya memikirkan makanan yang akan mereka lahap.
”Di pesawat, yang terbayang cuma mi instan dan nasi Padang,” ucap Boris.
”Begitu sampai di Indonesia, saya langsung cabut ke rumah makan Garuda di Sabang,” ucap Rio, lalu tertawa. (and/c18/ayi)
Behind the Scenes
• Military Boot Camp
Sebelum melakukan syuting, aktor-aktor pemeran tentara seperti Rio Dewanto, Yama Carlos, dan Boris Bokir mengikuti boot camp bersama pasukan Yonif Para Raider 328 Kostrad di Cilodong selama empat hari. Mereka diperlakukan sama dengan tentara lain.
• Rem Blong
Pada sebuah adegan menggunakan tank di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung, para cast dan kru hampir celaka karena rem tank tersebut blong. Setelah kejadian, mereka berdoa bersama dan melanjutkan syuting.
• Penuh Tawa
Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon adalah film serius. Namun, proses syuting berlangsung penuh canda. Tidak jarang candaan tersebut terbawa saat take yang membuat mereka harus retake berkali-kali.
• Libatkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo
Film ini mendapat dukungan penuh dari TNI. Bahkan, Panglima TNI Gatot Nurmantyo ikut berakting dalam film tersebut.
• Diprotes Istri
Sikap dan kebiasaan Rio sebagai tentara dalam film sempat terbawa ke kehidupan sehari-hari. Istri Rio, Atiqah Hasiholan, sempat mengomentari perubahan pada suaminya itu yang jadi sok tegas.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Adegan Ciuman Cinta Laura yang Menuai Kritik
Redaktur : Tim Redaksi