jpnn.com - JAKARTA - Sebanyak 18 pasukan khusus Filipina tewas akibat baku tembak dengan kelompok militan Abu Sayyaf di Provinsi Basilan, Filipina Selatan, Sabtu (9/4) lalu. Misi penyerangan ini diketahui untuk membebaskan para tawanan Abu Sayyaf yang disandera.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengaku bahwa kabar duka tersebut belum sampai ke telinganya. "Belum dapat laporan," ujarnya singkat saat dihubungi di Jakarta, Senin (11/4).
BACA JUGA: Merayu, Rommy Singgung Energi Djan Faridz
Meski begitu, Badrodin memastikan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf masih dalam keadaan sehat dan lengkap. "Perkembangan masih ditahan," jelasnya.
Badrodin pun mengaku, tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan operasi penyelamatan lantaran terbentur dengan aturan Filipina yang tidak memperbolehkan negara lain ikut campur dalam misi militer mereka.
BACA JUGA: Stt..Ada OTT Lagi, KPK Tangkap Jaksa
" Kalau melakukan operasi harus melalui pemerintah Filipina dan harus disetujui oleh parlemen. Ini sulit dipenuhi sehingga tidak memungkinkan pasukan Indonesia masuk. Karena itu diserahkan sepenuhnya pada pemerintah Filipina," tegas jenderal bintang empat ini.
Sebelumnya dikabarkan, pasukan khusus Filipina yang terdiri dari batalion infanteri ke-44, pasukan infanteri 14, dan balion pasukan khusus ke-4 melancarkan serangan ke sarang militan Abu Sayyaf di daerah Provinsi Basilan, Filipina Selatan, Sabtu (9/4) lalu.
BACA JUGA: Kakak Bang Sanusi Mengaku Bersih dari Suap Reklamasi
Namun nahas, upaya penyerangan kandas lantaran mendapatkan perlawanan keras dari kelompok Abu Sayyaf sehingga menewaskan 18 pasukan tersebut, sedangkan 50 pasukan lainnya terluka. (Mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yasonna Kirim Seorang Sahabat Temui Djan Faridz
Redaktur : Tim Redaksi