Paviliun Indonesia di Ukraina Ajang Promosi Budaya Bangsa

Selasa, 31 Oktober 2017 – 02:47 WIB
Dubes RI Untuk Ukraina, Georgia dan Armenia, Yuddy Chrisnandy saat peresmian Paviliun Indonesia di Gryshko National Botanical Garden, Kyiv. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Pengerjaan Anjungan dan Taman berasitektur tradisional Indonesia akhirnya rampung bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2017.

Anjungan atau taman yang sering disebut Paviliun Indonesia berada di Gryshko National Botanical Garden, Kyiv. Paviliun Indonesia di Gryshko National Botanical Garden, Kyiv resmi diluncurkan untuk umum dengan disaksikan oleh Direkturnya, Biol. Natalia V. Zaimenko dan Imam Masjid Al Raid, Kyiv yang juga pemuka Islam Ukraina Ismail Kady.

BACA JUGA: Kebudayaan Nusantara Pukau Masyarakat Hongaria

Selain itu, juga disaksikan oleh masyarakat Indonesia di Kyiv, Dubes RI Untuk Ukraina, Georgia dan Armenia, Yuddy Chrisnandy.

Taman Botani Kyiv atau dikenal dengan M.M. Gryshko National Botanical Garden (BG), lokasi paviliun Indonesia didirikan adalah kebun raya botani terluas di Ukraina dan salah satu yang terbesar di Eropa Timur berdiri pada tahun 1936 di lahan seluas 130 hektar.

BACA JUGA: Yuddy Chrisnandi Jadi Dubes, Tokoh-Tokoh Jabar Bersedih

Dubes RI di Kyiv Yuddy Chrisnandi mengatakan tujuan pembangunan anjungan dan taman Indonesia adalah untuk meningkatkan hubungan persahabatan Indonesia dan Ukraina. Paviliun Indonesia, kata dia juga bermanfaat untuk promosi budaya dan pengenalan Indonesia kepada masyarakat Ukraina secara permanen.

“Saya hanya melanjutkan apa yang sudah dirintis Duta Besar sebelumnya. Tugas saya hanya menjaga kesinambungan keberhasilan kegiatan diplomatik,” kata Yuddy dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/10).
Menurutnya, saat hari pertama ditugaskan Presiden Joko Widodo menjadi Dubes pada 21 April 2017, yang diperhatikan adalah bagaimana Duta Besar sebelumnya melaksanakan berbagai hal yang sudah dirintis sebelumnya. Lalu ditanyakan kepada para staf hal apa yang sudah direncanakan namun belum terlaksana,

BACA JUGA: Jangan Sampai 60 Juta Rakyat Jabar Hanya Jadi Penonton

“Lalu apa yang sudah dilaksanakan, namun perlu ditingkatkan? Setidaknya semua capaian-capaian yang baik itu bisa dipertahankan,” kata Yuddy.

Program yang mendapat perhatian yakni, untuk membangun Paviliun Indonesia di Gryshko National Botanical Garden yang memiliki lahan sebesar 130 Ha. Beberapa bagian dari kebun raya tersebut diberikan kepada Kedutaan-Kedutaan Besar (di Kyiv) yang ingin membangun legacy untuk masyarakat Ukraina. Dengan memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemerintah Ukraina KBRI Kyiv mendapatkan area 0,5 hektar sebagai lahan anjungan dan taman Indonesia di Botanical Garden tersebut.

Di samping Gryshko National Botanical Garden, tiga tahun lalu juga ditawarkan oleh pengelola sebuah Taman Rekreasi Miniatur Ukraina (Ukraine in Miniature Park).

Oleh pengelola, lanjut Yuddy, Indonesia diberikan kesempatan untuk membangun miniatur khas Indonesia. Setelah melakukan survei, ternyata memang lokasi tersebut banyak dikunjungi oleh turis khususnya anak-anak sekolah pada saat berlibur. Terutama untuk pelajaran mengenal arsitektur bangunan-bangunan yang ada di Ukraina dan dunia.

Dubes Yuddy mengungkapkan awal terwujudnya Paviliun Indonesia di Gryshko National Botanical Garden dan Anjungan Indonesia di Taman Rekreasi Miniatur Ukraina. Setelah mendapatkan kesempatan langka tersebut, kemudian rencana pembangunan di kedua tempat itu dibahas dan berkonsultasi dengan Kementerian Luar Negeri.

Setelah mendapatkan informasi, ternyata kendala utamanya adalah pendanaan. Namun, ia meyakini bahwa jika tujuannya baik, yakni membuat sebuah warisan (legacy) persahabatan kedua bangsa maka semua akan terwujud. Lalu segera dirinya mengorganisasikan upaya pembangunan, baik di Botanical Garden maupun di Miniature Park, diberdayakan secara gotong-royong.

“Alhamdulillah, sambutan masyarakat sangat baik, untuk bersedia bersama-sama mewujudkan Paviliun tradisional dan anjungan Indonesia tersebut,” katanya.

Saat ini, menurut Yuddy, baik Paviliun Indonesia maupun Anjungan Indonesia di kota Kyiv telah terbangun secara permanen di kota Kyiv. Masyarakat Eropa Timur, khususnya warga kota Kyiv dapat menikmati dan mengenal Kebudayaan Indonesia dalam jangka panjang.

“Dengan memiliki situs budaya Indonesia di Ukraina orang selalu mengenang dan ingin tahu lebih jauh tentang Indonesia. Kita juga tidak perlu mengeluarkan biaya promosi yang terus menerus,” ujar Yuddy.

Menurut Yuddy, pada tanggal 28 Oktober 2017 dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, telah diadakan soft launching pembukaan Paviliun Indonesia di Gryshko National Botanical Garden. Sedang, Taman Rekreasi Miniatur Ukraina (Ukraine in Miniature Park) peresmiannya akan dilakukan tanggal 10 November bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. KBRI akan mengundang Pejabat Ukraina dan masyarakat Indonesia di Ukraina dan warga kota Kyiv untuk hadir dalam kegiatan tersebut.

“Untuk Grand Launching, rencananya akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo medio tahun depan saat rencana berkunjung ke Ukraina,” ujar Mantan Menteri PAN dan RB tersebut.

Yuddy mengatakan untuk membuat situs budaya Indonesia itu diperlukan sentuhan dan keahlian dari karya seniman budaya kita. Sehebat-hebatnya ahli kesenian, bangunan atau patung dari Ukraina, tentu tidak bisa menjiwai seni budaya dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk membuat sebuah situs budaya Indonesia harus didatangkan seniman Indonesia.

Untuk membangun sebuah situs kebudayaan Indonesia di luas lahan yang untuk dibangun seluas 5000 meter persegi dihamparan sekitar satu hektar, itu tantangan yang paling berat. Apakah ada yang bisa diminta bantuan untuk datang, merencanakan dan kemudian mengerjakan (paviliun) itu.

Tantangan berikutnya, lanjut Yuddy, di lokasi itu harus dibangun bangunan yang menjadi khas Indonesia. Perbedaannya harus tampak baik dari warnanya, dari atapnya dan arsitekturnya. Jika pengunjung saat ini melihat arsitektur Paviliun Indonesia, mereka akan menyadari bahwa ini pasti bukan bangunan Eropa, ini bukan bangunan Ukraina ini pasti Asia. Dan ketika pengunjung menyadari itu Indonesia maka dia akan menemukan pengetahuan budaya tradisional Indonesia.

Beruntung, ungkap Yuddy, dirinya dibantu oleh seorang arsitek bangunan Sunda, Jatnika Nanggamiharja atau dikenal dengan Ki Jatnika, dari Yayasan bambu Indonesia, Cibinong. Ia bersedia datang ke Kyiv pada 9 hingga 11 Juni 2017 lalu dengan timnya. Ki Djatnika kemudian merancang rumah arsitektur Sunda yang juga menjadi prototype dengan arsitektur Jawa baik itu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta dan juga beberapa daerah lainnya.

Lebih dari itu, menurut Yuddy, ia membantu mengerahkan 3 orang seniman yang merangkap “tukang” dari Yayasan Bambu Indonesia untuk mendesain sekaligus membangun Paviliun tersebut. Ketiga orang ini. Hikmatullah atau Mang Ujang, Aden Soma alias Mang Aden dan Yudi wahyudi alias Mang Yudi yang menuntaskan pembangunannya, yang tentu dibantu oleh berbagai pihak.

Tim KBRI Kyiv, lanjut Yuddy, tinggal mengawasi dan memastikan mana yang bisa dikerjakan oleh orang Ukraina, dan mana bagian yang hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang Indonesia. Mengingat Ukraina mempunyai musim dingin yang ekstrim, maka waktu pembangunan dibatasi hanya 3 bulan.

“Ini menjadi kendala dan tantangan yang luar biasa. Terlebih kultur dan Bahasa yang berbeda antara para pekerja yang mengerjakan kegiatan tersebut. Namun atas dukungan semua pihak termasuk pemerintah Ukraina, semua bisa diatasi dengan baik. KBRI hanya memfasilitasi keberangkatan, tempat tinggal dan logistik termasuk jaket tahan salju, makanan dan peralatan,” katanya.

“Namun karena semuanya dikerjakan dengan gotong royong dan tulus, maka semua kendala dapat diatasi dan saat ini pekerjaan Paviliun Indonesia telah tuntas. Para seniman yang merangkap tukang tersebut, telah selamat kembali ke tanah air, setelah 67 hari menuntaskan pekerjaan mereka membangun Paviliun Indonesia di Kyiv, Ukraina,” kata Yuddy.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ancam Pecat PNS yang Seenaknya Layani Publik


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler