PBB Minta Malaysia-Sulu Stop Konflik

Jumat, 08 Maret 2013 – 06:44 WIB
LAHAD DATU - Pertempuran berdarah antara aparat keamanan Malaysia dan gerilyawan Kesultanan Sulu akhirnya sampai ke telinga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sekjen PBB Ban Ki-moon minta kedua pihak yang bertikai segera mengakhiri konflik dan mengadakan dialog untuk mencari solusi damai. Dengan begitu, aksi kekerasan di Pulau Borneo bagian utara tersebut bisa diakhiri.

Ban Ki-moon mengaku selalu memantau perkembangan konflik di Negara Bagian Sabah, Malaysia, itu. Dia khawatir konflik berdarah tersebut akan berimbas terhadap penduduk sipil, termasuk imigran.

"Saya mendorong semua pihak memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan menghormati norma serta hak-hak asasi manusia dalam konflik ini," kata Ban Ki-moon dalam rilisnya yang dikutip Bernama kemarin (7/3).

Dari Lahad Datu, barikade ketat dan serangan bom dari udara membuat gerilyawan Kesultanan Sulu terpaksa keluar dari Kampung Tanduo Blok 17, Felda Sahabat. Mereka kini berusaha menguasai kampung Tanjung Batu dan merangsek ke kampung Tanjung Labian. Namun, upaya itu dipergoki pasukan komando Malaysia.

"Ada upaya bergeser ke Tanjung Batu. Tapi, pasukan kita berhasil menjejak para penceroboh ini," ujar Kepala Polisi Diraja Malaysia Tan Sri Omar Ismail dalam sidang media (jumpa pers) petang kemarin. Saat terjebak, gerilyawan Sulu berusaha melawan. Akibatnya, terjadi kontak tembak.

"Dari lapangan, dilaporkan 31 orang dari pihak mereka tertembak, sedangkan pasukan Malaysia tidak ada yang cedera sama sekali. Alhamdulillah," kata orang nomor satu di Kepolisian Malaysia itu.

Bahkan, menurut petugas di lapangan, ada seorang berlevel "jenderal" yang terbunuh. Sejak operasi yang awalnya disebut Operasi Sulu lalu diganti menjadi Operasi Daulat tersebut dilancarkan, sudah 52 gerilyawan Sulu yang diakui terbunuh. "Ini data sementara. Kita masih on going process untuk dapat memastikan," ucapnya.

Pasukan Sulu sekarang, lanjut dia, terjebak di tiga kampung. Yakni, Tanduo, Tanjung Batu, dan Tanjung Labian. "Ini radiusnya sekitar 4 kilometer persegi," jelasnya.

Pasukan Malaysia memang mengambil strategi penyekatan berlapis. Hampir mustahil orang awam bisa masuk ke tiga wilayah itu. Bahkan, jika harus masuk lewat hutan sawit, mereka berisiko terkena tembak sniper-sniper pasukan komando yang sudah berjaga di dalam hutan.

Selama ini gerilyawan Sulu mengandalkan logistik dari sisa-sisa jarahan penduduk Kampung Tanduo yang melarikan diri. Namun, setelah diserang dengan jet tempur, rumah-rumah dan pekarangan di kampung itu hancur. Hal tersebut ditunjukkan dengan foto-foto resmi yang dirilis Tentara Diraja Malaysia.

Meski bisa memperkirakan jumlah korban di pihak lawan, Ismail mengaku tak bisa masuk untuk mengambil jasad. "Kita tak dapat keluarkan mayat-mayat itu," kata polisi kelahiran Kedah tersebut.

Panglima Tentara Darat Malaysia Jenderal Datuk Zulkifli bin Zainal Abidin di tempat yang sama menjelaskan, gerilyawan Sulu terkepung di kawasan yang lebih kecil. "Meski kita bertindak secepat mungkin, tapi tetap harus berhati-hati," ujarnya.

Dia menyatakan, keselamatan perwira atau petugas operasi Malaysia diutamakan. "Jangan tergopoh. We have to take it slowly. Tak apa makan masa sedikit, tapi kita bisa elakkan perkara yang tak diinginkan," ucapnya.

Zulkifli membantah jet tempur digunakan untuk melakukan serangan bom mematikan. "Air strike is to neutralize the area," katanya menjawab pertanyaan jurnalis Malaysia yang bertanya dengan bahasa Inggris.

Dia mengaku sangat berterima kasih atas kunjungan Perdana Menteri Datuk Sri Haji Mohammad Najib bin Tun Haji Abdul Razak yang meninjau langsung kawasan Felda Sahabat, Lahad Datu, kemarin. "Moral anggota dalam kondisi terjaga dan sangat kuat," tandasnya.

Kunjungan PM Najib memang disambut sukacita oleh para prajurit. Mereka berebut bersalaman dengan pimpinan tertinggi Malaysia itu. Najib juga merangkul dan memeluk sebagian tentara yang mendekat. (rdl/c10/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikan Marlin Raksasa Berhasil Dipancing

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler