PBB Stop Misi Supervisi di Syria

Oposisi Kecam, Tentara Assad Perkuat Serangan

Senin, 18 Juni 2012 – 23:03 WIB

DAMASKUS - Kekerasan dan pertumpahan darah yang tidak kunjung reda di Syria justru membuat PBB berubah pikiran. Ketika warga sipil Syria membutuhkan bantuan akibat serangan tentara pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, PBB memutuskan untuk menghentikan operasi tim pemantaunya di sana.
 
Sabtu lalu (16/6) organisasi dunia itu mengumumkan penghentian operasi misi tim pemantauan dan pengawasan di bawah bendera UNSMIS (United Nations Supervision Mission in Syria). PBB beralasan bahwa keputusan itu diambil karena meningkatnya kekerasan dan pertumpahan darah. Hal itu dinilai menghalangi kemampuan tim PBB dalam melaksanakan tugasnya.
 
Mayjen Robert Mood, kepala UNSMIS, mengumumkan penghentian misi supervisi PBB tersebut dalam pernyataan singkat. Menurut dia, meningkatnya kekerasan di Syria saat ini sangat berisiko pada tim yang dia pimpin.
 
"Dalam situasi yang berisiko tinggi itulah, UNSMIS memutuskan untuk menghentikan aktivitas," ujar Mood. "Tim pemantau PBB tidak akan melakukan patroli dan akan berdiam di tempat masing-masing sambil menunggu perintah berikutnya," terangnya.
 
Mood menambahkan bahwa penghentian misi pemantau itu akan dievaluasi setiap hari. Lantas, Misi pemantauan akan dilanjutkan kembali jika situasinya dinilai memadai untuk menjalankan mandat dari PBB.
 
Penghentian aktivitas misi PBB tersebut secara langsung akan berdampak pada tertutupnya sumber informasi utama bagi dunia internasional untuk mengetahui perkembangan krisis di Syria. Keputusan tersebut juga akan meningkatkan tekanan atas AS, Rusia, dan negara-negara berpengaruh lainnya untuk merancang strategi diplomatik baru guna menghentikan pembantaian terhadap warga sipil Syria.    
 
Tanda-tanda bahwa PBB akan menghentikan misinya di Syria terlihat sejak Jumat lalu (15/6). Dalam jumpa pers saat itu, Mood menyebut bahwa 300 anggota tim pemantau PBB yang tak bersenjata makin berat dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka.
 
"Kekerasan yang terjadi di Syria dalam 10 hari terakhir terus meningkat. Kekerasan dilakukan kedua pihak (tentara Assad dan oposisi, Red) dan berakibat jatuh korban pada masing-masing pihak. Hal ini juga berisiko pada pemantau kami," paparnya. "Kekerasan itu membatasi tugas dan kemampuan kami dalam memantau, verifikasi, melaporkan, dan membantu dialog hingga menjalankan proyek-proyek untuk menciptakan stabilitas keamanan," ungkapnya.
 
Sebagai respons atas meningkatnya risiko keamanan itu, Mood telah memerintahkan seluruh anggota tim pemantau menghentikan patroli dan aktivitas lain di Syria. Keputusan itu diambil setelah perwakilan lebih dari 60 negara yang menjadi anggota misi PBB di Syria memperingatkan bahwa ancaman keamanan di Syria sudah amat serius. Khususnya sejak proses perdamaian dimulai.
 
Sebelumnya, Rabu lalu (13/6), Brazil, India, Irlandia, dan negara lainnya yang menempatkan perwakilannya pada misi PBB itu menyatakan kekhawatiran atas keselamatan personel mereka di lapangan.
 
Keputusan PBB itu menuai reaksi. Para aktivis oposisi Syria menilai langkah PBB menghentikan misi pemantauan tersebut tidak adil dan tidak bisa diterima.  Hal itu menjadi indikasi pula bahwa komunitas internasional telah gagal melindungi warga sipil Syria dari serangan tentara Assad.
 
"Keputusan misi supervisi PBB menghentikan tugas monitor itu merupakan kegagalan komunitas internasional dalam menangani situasi di Syria," kecam seorang jubir Local Coordination Committees (LCC), kelompok aktivis oposisi, dalam pernyataannya kemarin (17/6).
 
Sementara itu, pasukan Syria meningkatkan serangan di Kota Homs dengan memanfaatkan berhentinya aktivitas tim pemantau PBB. Dalam sehari kemarin, sedikitnya 11 nyawa melayang di Homs akibat serangan tentara Assad. Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat kekerasan di Syria selama akhir pekan mencapai 80 orang.
 
Di antara para korban itu, terdapat warga sipil. Mereka tewas di wilayah kekuasaan oposisi, Khalidiyeh. Seperti wilayah lain di Kota Homs, kawasan tersebut terus menjadi target pengeboman dan serangan pasukan pemerintah. Tentara loyalis Assad berupaya keras merebut wilayah itu dalam beberapa hari terakhir. (AFP/AP/CNN/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Sasar Pasar, 11 Tewas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler