PDIP Konsisten Memperjuangkan Semangat Multikulturalisme

Rabu, 12 Desember 2018 – 18:02 WIB
Bendera PDIP. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Partai politik terus bermunculan di Indonesia. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) adalah salah satu partai yang sejak kelahirannya konsisten mendukung dan memperjuangkan kepentingan rakyat miskin dengan dasar semangat multikulturalisme.

Pakar politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Bagong Suyanto menilai sikap politik PDIP yang konsisten mendukung dan mendorong semangat multikulturalisme merupakan nilai lebih partai ini bagi konstituennya.

BACA JUGA: Prabowo Pindah Markas, Bambang Pacul: Apa Pentingnya?

“Pilihan sikap politik yang memperjuangkan semangat multikulturalisme yang mengedepankan NKRI dan kebinekaaan membuat partai tersebut menjadi berjarak dengan konstituen Islam, terutama kelompok Islam kanan,” ujar Bagong dalam keterangannya, Rabu (13/12).

Menurut Bagong, sebagai partai politik yang dikenal luas masyarakat memiliki ideologi dan sikap politik yang memperjuangkan multikulturalisme, ada sejumlah hal yang mesti ditimbang PDIP dalam menentukan sikap dan mencari perluasan dukungan konstituen.

BACA JUGA: Eva PDIP Tak Setuju Pendekatan Diplomatis untuk KKB Papua

“Tetap mempertahankan citra sebagai partai nasionalis, sementara di saat yang sama juga harus memperluas basis dukungan massa dari berbagai kelompok lain, tentu membutuhkan strategi dan kerja keras para pekerja partai,” katanya.

Bagong menyebut ada dua hal yang perlu menjadi fokus perhatian PDIP ke depan. Pertama, sejauh mana PDIP menentukan batas demarkasi perluasan dukungan dari basis massa baru, terutama dari kelompok umat Islam. Dengan menjalin koalisi dengan Ma’ruf Amin yang dikenal sebagai sesepuh NU yang dihormati masyarakat, kata dia, jelas ada banyak hal positif akan diperoleh Jokowi yang merupakan kandidat presiden yang diusung PDIP dan partai koalisinya.

BACA JUGA: Elektabilitas Jokowi Disebut Merosot, Pramono Anung Sewot

“Strategi menggandeng Ma’ruf Amin adalah langkah taktis yang menjadi pilihan PDIP untuk memperluas basis dukungan massa kepada kandidat presiden yang diusung partai tersebut dan partai koalisinya,” ucapnya.

Selama ini, kata Bagong basis kuat massa pendukung PDIP dan Jokowi adalah pada kelompok nasionalis, kaum abangan, dan masyarakat marginal yang untuk sebagian kerap berseberangan dengan kelompok Islam kanan.

Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, terlalu mengejar dukungan dari Islam kanan, tetapi melupakan kondisi psikologis konstituen yang memiliki sikap politik dan ideologi yang berbeda, tentu juga bisa berdampak merugikan.

“Membatasi meraih dukungan dari basis massa baru, lebih realistis jika diharapkan dari simpatisan Ma’ruf Amin,” kata dia.

Kedua, kata Bagong sejauh mana PDIP mampu merevitalisasi diri dan mengembangkan basis dukungan dari kelompok yang ditengarai bakal menjadi penentu kuat dalam memberikan suara kepada calon anggota legislatif maupun Presiden.

“Kelompok suara anak muda milenial dan kaum ibu adalah dua kelompok strategis yang perlu menjadi fokus perhatian tim sukses Jokowi-Ma’ruf Amin,” ucapnya.

Untuk meraih simpati dan dukungan suara dari kelompok anak muda milenial dan kaum perempuan, Bagong menyarankan sudah tentu yang dibutuhkan bukan hanya terminologi yang sesuai dengan karakteristik dan subkultur kedua kelompok ini, tetapi juga maskot program yang benar-benar relevan.

“Kepedulian kepada nasib perempuan yang masih tertinggal, perempuan miskin, perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual, serta kepedulian kepada kebutuhan anak muda milenial untuk beraktualisasi, tentu perlu segera diakomodasi dan dirumuskan dalam program unggulan yang jelas arahnya,” pungkasnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fraksi PDIP Bantah Anies soal Reuni 212 Menggerakkan Ekonomi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler