PDIP Partai Doktrin, Tak Mungkin Usung Kutu Loncat jadi Cagub

Kamis, 25 Agustus 2016 – 11:56 WIB
Gubernur DKI Basuki T Purnama alias Ahok saat bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta dalam perkara suap rancangan praturan daerah tentang reklamasi. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago memprediksi PDI Perjuangan tidak akan mengusung Basuki T Purnama alias Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017. Pasalnya, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu menjunjung doktrin dan bukan bertipe pragmatis.

"Ada beberapa alasan menggapa PDIP tidak akan memilih Gubernur Ahok untuk diusung pada pilkada DKI 2017. PDIP sangat memerhatikan betul soal loyalitas, Gubernur Ahok adalah politisi kutu loncat," kata Pangi di Jakarta, Kamis (25/8).

BACA JUGA: Daniel Johan: Survei Internal PKB Tolak Ahok

Bukti Ahok sebagai politikus kutu loncat adalah berkali-kali meninggalkan parpol yang mengusungnya ke jabatan publik. Pangi juga menyebut Agok sebagai politikus pragmatis yang membela membela pemilik modal.

Selain itu, Pangi menyebut Ahok inkonsisten. Contohnya adalah upaya Ahok mengajukan uji materi UU Pilkada karena tak mau cuti kampanye.

BACA JUGA: Ketua Fraksi PDIP Terancam PAW

Karenanya Pangi mengatakan, jika PDIP mengusung Ahok maka hal itu akan berisiko pada masa depan partai pemenang Pemilu 2014 itu. Terlebih, PDIP punya istilah petugas partai kepada kader-kadernya.

"Saya menilai PDIP juga bisa dikhianati Ahok kemudian hari. Bukankah tradisi politik PDIP bahwa kader itu petugas partai? Sehingga prasyarat kadernya ialah intelektual ideologis, menuntut sebuah loyalitas tingkat tinggi, kader yang bukan mencla-mencle, berani beda karena prinsip, nurani dan logika," tutur Pangi.

BACA JUGA: 4 Pasangan Calon Independen Ini Yakin Lolos Verifikasi Dukungan

Alasan kedua, katanya, PDIP tidak mau menemui kisah tragis ketika sudah mengusung seseorang meraih jabatan publik. Misalnya, saat ini saja sudah muncul pemikiran seandainya PDIP ditinggal oleh Presiden Joko Widodo.

Sebab, saat ini presiden yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu sudah bermain mata dengan Golkar. Di sisi lain, Ahok juga pernah meninggalkan Golkar dan Gerindra yang pernah mengantarnya meraih jabatan publik.

Andai  popularitas dan elektibilitas Ahok tak terbendung, maka bisa saja pada Pemilihan Presiden 2019 nanti muncul duet Jokowi-Ahok.

“Syukur-syukur konfigurasi capres dan cawapres Jokowi-Ahok pakai tandu PDIP. Kalau tidak, bagaimana logikanya nanti kalau Jokowi-Ahok memakai tandu parpol lain? Tentu tragis dan menyakitkan bagi PDIP," sebutnya.

Ketiga, alasan yang akan mendasari PDIP ogah mengusung Ahok adalah tingginya penolakan publik. Misalnya, di mana-mana tampak spanduk yang berisi penolakan atas calon incumbent itu.

Pangi juga menilai kinerja Ahok sebagai gubernur tak istimewa. Misalnya, penyerapan anggaran dalam APBD DKI malah rendah dan angka kemiskinan naik menjadi 15.630 orang.

"Ahok agal menyiapkan perumahan murah bagi warganya, kurang menunjukkan etika, moral dan berbicara kasar sesuka hati, pengusuran semena-mena namun mendukung reklamasi. Parpol selayaknya punya channel tinggi, lihai membaca sinyal penolakan tersebut," pungkasnya.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Komisi II Siap Ladeni Ahok di MK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler