BANDUNG - AROMA perpecahan jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) mulai tercium. Pasangan gubernur dan wakil, bupati dan wakil, wali kota dan wakil berancang-ancang menyatakan perpisahan. Masing-masing akan menempuh jalan sendiri untuk menatap persaingan di pemilukada berikutnya.
Di tingkat provinsi kecenderungan pisah kongsi akan terjadi antara Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf. Di Kabupaten Bandung Barat (KBB) akan terjadi pecah kongsi antara Abubakar dan Ernawan Natasaputra. Begitu juga di daerah-daerah kondisi yang sama diprediksi bakal terjadi.
Namun menurut pengamat politik dari Unpad, Dede Mariana, pecahnya kongsi adalah hal yang sangat wajar. Bukan sebuah peristiwa yang luar biasa dan sangat tergantung padfa kebijakan pratai politik menentukan langkahnya ke masa depan. "Berpisah mah biasa saja. Hanya publik suka menilai negatif. Tergantung media juga, gimana pengaruh media terhadap publik," jelas Dede.
Apalagi jelang persaingan, dipastikan partai-partai besar telah mempersiapkan kadernya untuk bersaing berebut kekuasaaan. Kecenderungan partai besar, terlebih yang memiliki suara cukup signifikan mencalonkan kadernya di posisi nomor 1. Meski sebenarnya pada perjalanan kalkulasi politik bias menentukan lain.
Maksudnya, walau memiliki jumlah kursi cukup signifikan di DPRD namun bisa saja mengalihkan dukungan ke kader partai lain, atau menempatkan kader partai di posisi nomor 2. Atau bisa saja ketika tidak menemukan calon yang tepat mengusung pasangan yang sama. "Bisa saja Heryawan dengan Dede Yusuf lagi di pilgub mendatang, bisa juga Demokrat mencalonkan sendiri. Misalnya Iwan Sulanjana dengan Dede Yusuf," kata Dede, Selasa (21/2).
Kecederungan lain karena ada sebuah pola tertentu di kalangan partai untuk tidak maju sendirian. "Seolah sudah terpola kalau maju sendirian, kedepannya para partai ada keragu-raguan. Soalnya pola yang ada adalah bermitra dengan partai lain," katanya.
Secara kalkulasi, di level Jabar PKS hanya memiliki 14 kursi saja. Sementara PKS tidak bisa maju sendiri, karenanya mau tidak mau harus berkoalisi. Persoalan PKS berkoalisi dengan partai lain, dapat melakukan kerjasama dengan Demokrat, misalnya. "Berkoalisi dengan partai besar seperti Demokrat, Golkar, dan PDIP, tidak mungkin kalau mereka mencalonkan calon sendiri. Tidak mungkin Heryawan turun jadi wakil," paparnya.
Karenanya, PKS hanya mungkin berkoalisi dengan partai yang belum besar. Peluangnya dengan Hanura, Gerindra, atau PAN. Selama mereka mau diposisi kedua. Sampai saat ini, untuk memilih pasangan masing-masing calon, setiap partai belum menunjukkan koalisinya. Pasalnya, batas akhir pendaftaran Pilgub ditutup pada bulan November. "Saya kira untuk sekarang semua partai masih menjajaki. Mungkin enam sampai tujuh bulan sebelum pendaftaran untuk partai itu berkoalisi," ucapnya.(dai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDI Perjuangan Arab Saudi Dukung Rieke
Redaktur : Tim Redaksi