“Rata-rata mereka (pedagang, red) memberanikan diri untuk merebut pembeli dengan memasang harga daging lebih rendah,” ujar Surnoto (45), salah seorang pedang daging, kepada Radar (Grup JPNN), Minggu (10/3).
Pria yang akrab disapa Noto ini mengaku bingung dengan kondisi seperti ini, padahal kalau dihitung-hitung cara seperti itu sangat merugikan pedagang. Namun, dirinya tidak mengetahui secara persis apa alasan kongkrit mereka melakukan hal tersebut. “Meskipun dari Rp85 ribu ke Rp80 ribu atau Rp82 ribu, tetap saja ini memberikan pengaruh besar bagi konsumen, bahkan konsumen rela pindah di mana ia biasa beli,” tuturnya.
Akibatnya, kata Noto, pedangan mengalami kerugian yang signifikan. Untuk menghidari persoalan seperti ini, pihaknya berhadap agar kepada semua pedangan saat melayani konsumen kompak dengan harga yang telah disepakati. Seperti halnya di pasar kanoman dan jagasatru, Kota Cirebon mereka kompak. “Harusnya ada kesepakatan penjual daging untuk harga,” ucapnya.
Dikatakannya, dirinya berharap, dengan adanya kondisi yang membuat sejumlah pedangan pasar galau ini, pemerintah daerah dapat mengkondisikan perekonomian pasar tradisional dengan menstabilkan harga daging. (sam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalur Ganda Pangkas Waktu Tempuh Kereta
Redaktur : Tim Redaksi