LEMBANG-Puluhan pedagang daging sapi di pasar tradisional Panorama Lembang Kabupaten Bandung Barat lebih memilih tutup kios daripada harus menanggung kerugian akbibat terus naiknya harga daging sapi. Di Lembang, harga daging sapi berkisar antara Rp90.000-Rp100.000 per kilogram.
"Mogok jualan yang dilalkukan rekan-rekan pedagang ini karena harga daging saat ini dinilai sangat tidak wajar bagi pedagang. Harga tidak terkendali, minat pembeli tidak ada, harga Rp90 ribu sudah tidak tidak wajar bagi pembeli," ujar Wawan, 32, pedagang daging sapi di Pasar Panorama Lembang, Senin (21/1).
Dalam sehari biasanya sebelum harga daging masih normal, Wawan bisa menjual daging 2 kuintal daging sapi perhari, namun untuk hari ini (kemarin, red) dirinya hanya mampu menjual 80 kilogram daging sapi saja. "Sudah satu bulan harga tidak bersahabat dengan para pedagang, kalau terus seperti ini, mungkin kami bisa bangkut dan terpaksa beralih profesi menjadi pedagang lain, " tuturnya.
Bahkan pada hari minggu (20/1), Wawan menuturkan jumlah pedagang daging sapi yang menjajakan dagangannya di Pasar Panorama Lembang hanya ada 2 kios saja yang buka. "Penutupan kios itu imbas dari mahalnya daging sapi, sebenarnya hari ini saya akan kembali menutup kios, tapi saya mengurungkan niatnya karena saya tidak punya penghasilan lain selain berjualan daging sapi ini," imbuhnya.
Dalam sehari, biasa yang jadi pelanggan Wawan berasal dari pedagang baso dan pengusaha rumah makan untuk wilayah Lembang, namun telah satu bulan ini jumlah pelanggannya terus menurun. Bahkan ada pula salah satu pelanggannya beralih menggunakan daging ayam untuk mencampur daging basonya."Jelas sangat khawatir bagi kami para pedagang, semoga saja banyaknya rekan saya yang menutup kios, membuka mata pemerintah agar memperhatikan pedagang seperti kami," tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Ridwan, 41, menuturkan, terus mahalnya harga daging mengakibatkan dirinya beserta pedagang daging lain akan melakukan mogok bersama-sama selama 3 hari kedepan dengan harapan harga daging sapi dapat kembali normal. "Penutupan yang kami lakukan ini memang bukan bersifat permanen, namun hanya selama tiga hari kedepan sampai ada upaya dari pemerintah untuk mencari solusi terkait tingginya harga daging sapi," ujarnya.
Dia mengungkapkan, biasanya setiap hari ketika harga stabil dirinya kebanjiran pembeli namun berbeda dengan saat ini. Untuk itu, dirinya berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan harga daging ini. "Dengan adanya kenaikan harga daging yang terus melambung dan pasokan yang minim tentunya membuat beberapa pedagang daging merasa khawatir takut terus merugi,mungkin ini imbas dari ditutupnya sapi impor yang dilakukan pemerintah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, daging sapi yang diperoleh berasal dari rumah potong hewan (RPH) yang berada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Pasar Induk Caringin Kota Bandung. “Saya beserta pedagang lain kurang mengerti mengapa bisa pasokan daging ini bisa menurun, sekarang di sananya (RPH) harga sudah sampai Rp70.000 perkilogram. Sedangkan kita, nggak bisa terus naikin harga. Entah karena memang tidak ada barangnya sehingga membuat harga mahal dan masyarakat pun enggan membeli," tandasnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli, Yati, 39, mengatakan, mahalnya harga daging yang mencapai Rp90 ribu ini sehingga dia hanya mampu membeli seperempat daging sapi saja. "Saya kira harga daging tidak semahal itu, saya rasa jika harga seperti ini terus akan mengakibatkan tidak ada pembeli daging sapi ini," katanya. (cr1)
"Mogok jualan yang dilalkukan rekan-rekan pedagang ini karena harga daging saat ini dinilai sangat tidak wajar bagi pedagang. Harga tidak terkendali, minat pembeli tidak ada, harga Rp90 ribu sudah tidak tidak wajar bagi pembeli," ujar Wawan, 32, pedagang daging sapi di Pasar Panorama Lembang, Senin (21/1).
Dalam sehari biasanya sebelum harga daging masih normal, Wawan bisa menjual daging 2 kuintal daging sapi perhari, namun untuk hari ini (kemarin, red) dirinya hanya mampu menjual 80 kilogram daging sapi saja. "Sudah satu bulan harga tidak bersahabat dengan para pedagang, kalau terus seperti ini, mungkin kami bisa bangkut dan terpaksa beralih profesi menjadi pedagang lain, " tuturnya.
Bahkan pada hari minggu (20/1), Wawan menuturkan jumlah pedagang daging sapi yang menjajakan dagangannya di Pasar Panorama Lembang hanya ada 2 kios saja yang buka. "Penutupan kios itu imbas dari mahalnya daging sapi, sebenarnya hari ini saya akan kembali menutup kios, tapi saya mengurungkan niatnya karena saya tidak punya penghasilan lain selain berjualan daging sapi ini," imbuhnya.
Dalam sehari, biasa yang jadi pelanggan Wawan berasal dari pedagang baso dan pengusaha rumah makan untuk wilayah Lembang, namun telah satu bulan ini jumlah pelanggannya terus menurun. Bahkan ada pula salah satu pelanggannya beralih menggunakan daging ayam untuk mencampur daging basonya."Jelas sangat khawatir bagi kami para pedagang, semoga saja banyaknya rekan saya yang menutup kios, membuka mata pemerintah agar memperhatikan pedagang seperti kami," tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Ridwan, 41, menuturkan, terus mahalnya harga daging mengakibatkan dirinya beserta pedagang daging lain akan melakukan mogok bersama-sama selama 3 hari kedepan dengan harapan harga daging sapi dapat kembali normal. "Penutupan yang kami lakukan ini memang bukan bersifat permanen, namun hanya selama tiga hari kedepan sampai ada upaya dari pemerintah untuk mencari solusi terkait tingginya harga daging sapi," ujarnya.
Dia mengungkapkan, biasanya setiap hari ketika harga stabil dirinya kebanjiran pembeli namun berbeda dengan saat ini. Untuk itu, dirinya berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan harga daging ini. "Dengan adanya kenaikan harga daging yang terus melambung dan pasokan yang minim tentunya membuat beberapa pedagang daging merasa khawatir takut terus merugi,mungkin ini imbas dari ditutupnya sapi impor yang dilakukan pemerintah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, daging sapi yang diperoleh berasal dari rumah potong hewan (RPH) yang berada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Pasar Induk Caringin Kota Bandung. “Saya beserta pedagang lain kurang mengerti mengapa bisa pasokan daging ini bisa menurun, sekarang di sananya (RPH) harga sudah sampai Rp70.000 perkilogram. Sedangkan kita, nggak bisa terus naikin harga. Entah karena memang tidak ada barangnya sehingga membuat harga mahal dan masyarakat pun enggan membeli," tandasnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli, Yati, 39, mengatakan, mahalnya harga daging yang mencapai Rp90 ribu ini sehingga dia hanya mampu membeli seperempat daging sapi saja. "Saya kira harga daging tidak semahal itu, saya rasa jika harga seperti ini terus akan mengakibatkan tidak ada pembeli daging sapi ini," katanya. (cr1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapasitas Soekarno-Hatta Mengkhawatirkan
Redaktur : Tim Redaksi