jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pedagang pasar di Jakarta Utara mengaku sedang menantikan pasokan beras dari Bulog dan minyak goreng murah dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Seperti diketahui, beras tersebut merupakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Badan Urusan Logistik (Bulog) serta Minyakita dari program pengadaan minyak goreng bersubsidi Kemendag.
BACA JUGA: Menjelang Ramadan dan Lebaran, Mentan SYL Pastikan Ketersediaan Beras Aman
"Minyakita sudah empat pekan barang tidak ada karena sangat diminati warga sekitar sini, di samping harganya murah dan ekonomis," kata Kepala Pasar Pademangan Timur Sutopo kepada wartawan di Jakarta Utara, Senin.
Kemudian, kata dia, pembeli mencari beras dari Bulog dibandingkan beras lainnya karena sampai saat ini terjadi juga kenaikan harga semua jenis beras.
BACA JUGA: Pengusaha Dukung Langkah Buwas Berantas Mafia Beras
Sutopo telah mengecek satu persatu pedagang di Pasar Pademangan Timur pada Senin. Namun, tak menemukan minyak goreng bersubsidi MinyaKita.
Di sisi lain, pasokan beras SPHP dari Bulog di Pasar Pademangan Timur ternyata impor dari Vietnam dan tetap diminati pembeli.
Pedagang Pasar Pademangan Timur Fajar Guntara mengatakan saat ini menjual beras lokal di angka Rp 625 ribu per 50 kilogram. Padahal harga sebelumnya Rp 500 ribu per 50 kilogram.
"Kalau beras Bulog dari Vietnam kan harga per karungnya Rp 475 ribu," kata pedagang beras Pasar Pademangan Timur, Fajar Guntara.
Adapun minyak goreng dijual per liter dengan rentang di harga antara Rp 17.000 hingga Rp 20.000 per pack.
Kepala Pasar Koja Baru, Suyitno Landung mengatakan, pasokan MinyaKita juga langka. Jika pasokan datang pun, pedagang sulit mendapatkannya sesuai HET yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 14 ribu per liter.
Oleh karena itu pedagang mesti menyesuaikan harga jual minyak goreng bersubsidi tersebut ke konsumen untuk memperoleh pendapatan mereka.(antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul