Pedagang Sambut Pasar Rakyat

Senin, 21 Oktober 2013 – 07:57 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Mendengar kabar akan dijadikan salah satu lokasi Pasar Rakyat, sejumlah pedagang di Pasar Kampung Duri, Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat menyambut antusias. Mereka berharap, maraknya pasar darurat yang muncul di beberapa titik lokasi liar di tengah pemukiman Tambora tak lagi mengganggu omset berjualan.

 

Toto Afandi, 61, pedagang beras dan bahan pokok di pasar tersebut mengaku senang. Sebab, direnovasinya bangunan pasar diharapkan dapat menarik minat pembeli dan mendorong omset penjualan. “Baguslah pemerintah sekarang perhatian sama pedagang kecil,” ujarnya ketika ditemui INDOPOS, Minggu (20/10) petang.

BACA JUGA: Dor! Satpol PP Bakal Dapat Pistol

Sejak 47 tahun silam, Toto sudah berdagang di Pasar Kampung Duri yang berlokasi di di Jalan Duri Raya Rt 01/03 Kelurahan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat. Dibelinya satu kios seharga Rp 350 ribu pada waktu itu. Dari tahun ke tahun omset penjualannya kian menurun. Hal itu disebabkan tumbuhnya pasar kaget di luar pasar yang jaraknya cukup berdekatan. Tidak lebih dari 1 kilometer.

BACA JUGA: Pemprov DKI Pangkas 1.500 Jabatan

“Kalau dulu belum banyak pasar darurat, omsetnya lumayan, sekarang makin payah, apalagi pemukiman warga di Gang Makmur dan Gang Subur di depan pasar ini digusur,” ujar Toto yang berdagang di kios blok A.

Sejak direnovasi PD. Pasar Jaya pada 1973 lalu, dari 11 pedagang beras dan sembako di Pasar Kampung Duri, sejak 1990 hanya tinggal Toto yang bertahan. Seluruhnya pada gulung tikar, kalah bersaing dengan pasar kaget dimana-mana. Seperti di dekat sekolah Widuri, Jalan Duri Selatan 1, Tanah Sereal, kemudian di Garuda dekat Jembatan Lima, Duri Utara, di Krendang Tengah, dekat Alkap.

BACA JUGA: Suhu Panas Merata

“Yah, kalau ada pasar dimana-mana, otomatis pedagang yang ada di pasar resmi jadi sepi. Karena dari jam 06:00 mereka udah rame, jaraknya lebih dekat ke rumah. Awalnya gerobak, satu-satu tapi lama kelamaan komplit, selain itu minmarket, terlalu berdampingan dengan pasar,” keluh Toto warga Krendang, Tambora itu.

Menghitung omset, pendapatan kotornya per hari Rp 1,5 juta. Angka tersebut sudah mengalmi penurunan drastis hingga 50 persen. “Kalau dulu mah sehari bisa laku 300 kilogram beras. Padahal pedagangnya ada 11 orang. Sekarang sehari paling 200 kilogram beras,” ungkap Toto yang mempertanyakan aturan baru Pasar Rakyat nantinya.

“Yang saya belum tau Pasar Rakyat nantinya kios disini bisa diteruskan gak sama anak, saya denger katanya gak bisa, lah kita kan nyekolahin anak dari berdagang juga, kalau syarat lainnya sebagai pedagang aktif, dan surat-surat kios sudah saya penuhi,” tanya Toto.

Pantauan INDOPOS Minggu (20/10) siang, kondisi puluhan kios lama di Pasar Kampung Duri sudah kosong melompong. Kios-kios tertutup rapat, kondisi ruangan tengah pasar gelap. Sejumlah pedagang tengah sibuk membongkar kayu-kayu dan terpal yang masih bagus dan bisa digunakan.

Sederet kios penampungan sementara yang berada di pinggir jalan seluruhnya terisi. Ada dua baris kios, satu menghadap ke sisi luar jalan, satu deret lainnya menghadap ke dalam pasar. Sebaris bangunan semi permanen itu terdiri dari tujuh kios, per kios seluas 2 x 2 meter.

“Sejak Sabtu (19/10) sudah pada pindah ke penampungan, kan katanya pasar di dalam mau direnovasi," ucap Titin, 60, pedagang klontong yang menempati kios penampungan nomor 1.

Titin yang berdagang sejak 1973 itu juga mengeluhkan sepinya pasar. ‘Sejak pemukiman di depan pasar digusur, pasar sini makin sepi, makanya, bagus kalau pasarnya direhab,” cetus Titin.

Humas PD Pasar Jaya, Agus Lamun memastikan, rencana Ground Breaking, pemancangan tiang pertama proyek Pasar Rakyat akan dilakukan akhir bulan ini. Sempat mengalami pengunduran yang semestinya dilakukan pada 13 Oktober pekan lalu lalu.

Setelah proses pemindahan pedagang lama ke kios penampungan sementara rampung, pembangunan baru akan dimulai serempak. “Program ini kan serempak di lima wilayah Jakarta, peresmiannya nanti akhir bulan Oktober ini di Pasar Manggis, Jakarta Selatan,” tegasnya ketika dikonfirmasi semalam.

Secara global, penataan kios Pasar Rakyat akan berkonsep hanggarisasi. Bangunan dua lantai dengan luas minimal masing-masing kios 2 x 2 meter. Agus menegaskan, pedang yang pantas menempati kios baru tetap diprioritaskan kepada pedagang di kios lama. Namun, tak mentutup kemungkinan, pihaknya tetap membuka peluang bagi PKL terdekat di luar pasar.

“Selain biaya air-listrik sesuai pemakaian, juga iuran keamanan dan kebersihan, biaya untuk menempati kios baru, nantinya tidak dipungut. Konsepnya, kami tetap prioritaskan pedagang yang ekonominya lemah,” imbuh Agus.

Terpisah, Kepala Suku Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (KUMKM) Jakarta Barat mengatakan keberadaan pedagang pasar kaget yang terbilang liar jelas merugikan pedagang di pasar resmi. M. Adiah menegaskan, kendala utama belum ditertibkannya, pedagang kaki lima di sejumlah titik pasar kaget, karena lahan yang terbatas.

“Baru mulai tahun depan, kami melakukan pra sensus kebutuhan PKL di masing-masing wilayah. Sebab kendalanya selama ini karena lahan, program Pasar Rakyat binaan PD. Pasar Jaya ini tentunya bagian dari proses penataan pedagang liar, secara perlahan akan kita tertibkan, sementara ini kita siapkan dulu penampungannya,” terangnya ketika dikonfirmasi, kemarin. (asp)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rp1,05 Triliun untuk RTH Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler