BANDUNG- Pemerintah Provinsi Jawa Barat meminta pedagang untuk tidak berspekulasi dalam menaikan harga paska dinaikannya harga jual eceran bahan bakar minyak(BBM) bersubsidi.
Menurut menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan, tidak sedikit pedagang yang telah menyimpan barang dengan harga lama di gudangnya.
“Jadi seharunya barang dagangan yang dijual tidak terlalu tinggi. Tentu faktor naiknya harga karena ongkos pengiriman (barangnya) pun naik," kata Ferry yang ditemui di Jalan Turangga, Selasa(25/6).
Kendati begitu, Ferry mengakui kenaikan harga barang-barang telah terjadi di pasaran. Kenaikan tersebut berkisar di angka 5 persen. Dikatakan dia, kenaikan harga ini merupakan imbas naiknya harga jual eceran BBM.
Ia mengakui bahwa hingga saat ini belum memiliki regulasi yang mengatur tentang spekulasi harga. Selama ini, kata dia, pemerintah hanya mengatur harga untuk komoditi beras, sedangkan untuk komoditi lainnya diserahkan pada mekanisme pasar.
"Tapi pemerintah tetap akan melindungi semua pihak, baik konsumen maupun produsen. Semoga tidak ada pihak yang dirugikan," ucap Ferry, usai melakukan inspeksi mendadak ke pasar tradisional, pasar modern, dan SPBU, kemarin.
Selain itu, Ferry pun mengimbau agar masyarakat tidak panik menyikapi naiknya harga barang-barang. Meski menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat diminta untuk tidak panik dalam membeli barang-barang. "Jangan panik, meski menjelang Ramadan, stok bahan pokok secara umum bisa dibilang aman," ucapnya.
Sementara itu, terkait kunjungannya ke SPBU, menurutnya penting dilakukan untuk memberi kepercayaan penuh kepada masyarakat akan takaran BBM yang tepat. "Dari pengujian yang kita lakukan, volumenya di posisi normal dan dalam batas toleransi. Hal ini dilakukan karena kami ingin meyakinkan masyarakat paska BBM naik, ukuran dan volume dari SPBU masih dalam batas toleransi," pungkasnya. (agp)
Menurut menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan, tidak sedikit pedagang yang telah menyimpan barang dengan harga lama di gudangnya.
“Jadi seharunya barang dagangan yang dijual tidak terlalu tinggi. Tentu faktor naiknya harga karena ongkos pengiriman (barangnya) pun naik," kata Ferry yang ditemui di Jalan Turangga, Selasa(25/6).
Kendati begitu, Ferry mengakui kenaikan harga barang-barang telah terjadi di pasaran. Kenaikan tersebut berkisar di angka 5 persen. Dikatakan dia, kenaikan harga ini merupakan imbas naiknya harga jual eceran BBM.
Ia mengakui bahwa hingga saat ini belum memiliki regulasi yang mengatur tentang spekulasi harga. Selama ini, kata dia, pemerintah hanya mengatur harga untuk komoditi beras, sedangkan untuk komoditi lainnya diserahkan pada mekanisme pasar.
"Tapi pemerintah tetap akan melindungi semua pihak, baik konsumen maupun produsen. Semoga tidak ada pihak yang dirugikan," ucap Ferry, usai melakukan inspeksi mendadak ke pasar tradisional, pasar modern, dan SPBU, kemarin.
Selain itu, Ferry pun mengimbau agar masyarakat tidak panik menyikapi naiknya harga barang-barang. Meski menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat diminta untuk tidak panik dalam membeli barang-barang. "Jangan panik, meski menjelang Ramadan, stok bahan pokok secara umum bisa dibilang aman," ucapnya.
Sementara itu, terkait kunjungannya ke SPBU, menurutnya penting dilakukan untuk memberi kepercayaan penuh kepada masyarakat akan takaran BBM yang tepat. "Dari pengujian yang kita lakukan, volumenya di posisi normal dan dalam batas toleransi. Hal ini dilakukan karena kami ingin meyakinkan masyarakat paska BBM naik, ukuran dan volume dari SPBU masih dalam batas toleransi," pungkasnya. (agp)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga BBM Naik, Nelayan Menjerit
Redaktur : Tim Redaksi