Pedas! Djarot Sebut Machfud Arifin Seperti Penjajah yang Suka Adu Domba

Kamis, 19 November 2020 – 14:22 WIB
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat .FOTO: ANTARA/Nyoman Budhiana/pras.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menilai Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin (MA) menggunakan strategi Belanda saat zaman kolonialisme ketika menjajah Indonesia.

Menurut Djarot, strategi itu ialah devide et empire ala kolonialisme Belanda yang memecah belah kelompok lain.

BACA JUGA: Djarot Mengenang Sekda DKI Saefullah: Kami Sudah Seperti Keluarga

Seperti cara Machfud Arifin mengakuisisi politikus PDIP di Surabaya, Jagad Hariseno dan Mat Mochtar.

"MA telah melakukan politik devide et empire ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu."

BACA JUGA: Kakak Beradik Menyerahkan Diri, Pengakuan Mereka Bikin Elus Dada

"Jadi rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditantang arek-arek Surabaya," kata Djarot dalam keterangan yang diterima, Kamis (19/11).

Djarot menjelaskan, pihaknya telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak terpuji.

Ia meminta Mat Mochtar memiliki kesadaran berorganisasi bahwa PDIP telah memilih Eri Cahyadi-Armudji sebagai pasangan yang didukung di Pilkada Surabaya 2020.

BACA JUGA: PDIP Puji Militansi 3 Sosok Ini yang Tenggelamkan Machfud Arifin di Surabaya

"Saya tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan kontemplasi."

"Bahkan saat itu agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan sebelum Eri-Armudji diumumkan, Ibu Mega tidak mau terima tamu termasuk Bu Risma."

"Dengan demikian keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota Surabaya," tegas Djarot.

Oleh karena itu, Djarot Syaiful Hidayat meyakini ketika Eri-Armudji dikepung dengan lawan yang memiliki begitu banyak logistik dan dana, Surabaya justru makin bersatu.

Ketua DPD PDIP Sumut ini menilai Eri makin kuat dan masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman, serta visioner.

"Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika sekutu mengepung Surabaya, perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan makin kuat," kata Djarot menambahkan.

Mantan wali kota Blitar itu melihat Machfud tidak memiliki kepemimpinan mumpuni. Hal itu melihat dari pikiran Machfud dalam debat kandidat dengan kubu Eri.

“Debat tadi malam menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armudji, berhadapan dengan Mahfud Arifin yang lebih kedepankan retorika tetapi tidak memahami persoalan tata kota, investasi, dan juga manajemen pemerintahan baik," ujar Djarot. (tan/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler