jpnn.com - JPNN.com JAKARTA - Inilah kekayaan yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya budaya, tapi juga kuliner beragam di Nusantara.
Dari Sabang sampai Merauke tiap daerah mempunyai masakan-masakan khasnya sendiri. Tapi apakah kita tahu apa saja masakan yang berasal dari luar daerah asal kita sendiri?
BACA JUGA: Roti Tawar Hitam Mencegah Penuaan Dini, Mau Coba?
Biasanya tidak. Dari situlah lahir ide komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) sebagai upaya untuk melestarikan dan mempromosikan keragaman budaya Indonesia melalui masakan.
Adalah Santhi Serad, sosok di balik berdirinya ACMI bersama William Wongso dan banyak pegiat kuliner lainnya.
BACA JUGA: Awas! Jangan Anggap Remeh Sakit Punggung
“Ada tiga kegiatan utama ACMI, di antaranya secara rutin mengadakan potluck bersama anak-anak muda, culinary sharing dengan mempelajari sejarah dan keunikan bahan-bahan asli masakan Indonesia, dan secara aktif melakukan culinary diplomacy ke luar negeri untuk mempromosikan kuliner Indonesia,” kata Santhi.
Santhi mengatakan, kelemahan kita dalam promosi kuliner Indonesia ke dunia internasional paling sering adalah tampilannya yang kurang menarik.
BACA JUGA: 5 Makanan yang Bantu Anda Tidur Nyenyak
Sejak lima tahun terakhir Kementerian Pariwisata mengunggulkan tumpeng sebagai ikon kuliner Indonesia, dengan 30 jenis masakan lainnya mengelilinginya.
Kuliner sebagai salah satu bentuk industri kreatif tentunya mesti diperjuangkan oleh pemerintah. Sayangnya sampai saat ini Santhi belum merasakan perubahan setelah Badan Ekonomi Kreatif dipisahkan dari Kementerian Pariwisata.
Salah satu yang menjadi keprihatinan Santhi adalah persoalan buruknya keamanan pangan (food safety), khususnya di kalangan pedagang kaki lima. Tentunya kita tidak bisa menyalahkan PKL begitu saja.
“Banyak aspek terkait di dalamnya, mulai dari infrastruktur penyediaan air yang tidak higienis, pengetahuan (knowledge) tentang handling masakan yang tidak sehat, ataupun penggunaan bahan berbahaya yang tidak semestinya digunakan untuk makanan,” tutur Santhi.
Mengutip riset yang dilakukan Kementerian Perdagangan, Santhi mewanti-wanti 80 persen daging yang beredar di Jakarta yang dikira ayam sebetulnya berasal dari jenis etnah daging-daging apa yang kita tidak tahu.
Di sisi diversifikasi pangan, Santhi menunjukkan bahwa Indonesia sebetulnya beragam dalam kekayaan bahan makan karbo. Di Papua, masyarakat yang biasanya makan sagu sekarang didorong untuk makan beras.
Di banyak daerah, masyarakat sehari-harinya tidak mengonsumsi beras, tetapi ketela, umbi-umbian dan sebagainya. Santhi hadir bersama sejumlah pegiat kuliner menghadiri Kafe Solidaritas yang diselenggarakan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Pondok Indah Mall Jakarta, Jumat (26/6).
Tampak hadir Riyani Djangkaru, mantan presenter acara-acara petualang di televisi yang sekarang aktif mengkampanyekan pelestarian ikan hiu (Save Shark Indonesia), dan Sigit Kusumawijaya, inisiator komunitas Indonesia Berkebun. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tips Cegah Kaki Lecet Karena Sepatu Baru
Redaktur : Tim Redaksi