Pejuang Oposisi Kepung Bandara Damaskus

Minggu, 02 Desember 2012 – 22:44 WIB
DAMASKUS - Kekerasan di Syria belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Bahkan, kini para pejuang oposisi dan pasukan yang loyal kepada rezim Presiden Bashar al-Assad berebut untuk menguasai Bandara Internasional Damaskus.

Setelah sebelumnya berhasil merebut sejumlah wilayah strategis, termasuk beberapa bandara dan pangkalan udara militer dari tangan militer Assad, Free Syrian Army atau FSA (pejuang oposisi bersenjata) terus bergerak mendekati Bandara Internasional Damaskus. Sebagai upaya strategis untuk memukul kekuatan udara rezim Assad, para pejuang oposisi kemarin (1/12) mengklaim telah mengepung salah satu bandara yang terletak sekitar 20 kilometer tenggara ibu kota itu.

Meskipun terus mendapat gempuran dan bombardir dari pasukan Assad, para pejuang oposisi tidak gentar. FSA juga tidak mengendurkan perlawanan. Bahkan, mereka akhirnya berhasil merebut sejumlah kota, desa, dan pos pemeriksaan yang sebelumnya dikuasai tentara pemerintah. Oposisi juga telah mengambil-alih sejumlah pangkalan militer Assad. Termasuk, merebut senjata berat seperti rudal dan artileri antipesawat.

Jumat lalu (30/11) para pejuang oposisi mengklaim telah meningkatkan tekanan mereka atas Bandara Internasional Damaskus. Kemarin FSA telah mengepung kawasan sekitar bandara terbesar di Syria itu sebelumnya melancarkan aksi lebih besar.

Namun, rezim Assad membantah klaim oposisi tersebut. "Bandara Damaskus masih berfungsi secara normal. Jalan raya maupun akses menuju bandara sepenuhnya aman," ujar jubir pemerintah lewat pengumuman yang ditayangkan stasiun televisi Syria kemarin.

Jaringan televisi dan berita terkemuka CNN melaporkan bahwa saat ini pejuang oposisi berhasil memegang kendali atas wilayah berbentuk bulan sabit yang memanjang sekitar 20 kilometer di utara dan timur jalan raya menuju bandara. "Bandara itu adalah gerbang maut yang memasok rezim di Damaskus dan wilayah pinggiran sekitarnya dengan banyak peranti untuk membunuhi rakyat Syria," ujar Abu Eyaad, juru bicara Dewan Militer Revolusioner (koalisi oposisi) dalam pesan audionya kemarin.

Meski belum berhasil merebut bandara, dia menegaskan bahwa para pejuang oposisi sukses mematikan operasinya. "Saat ini, prioritas kami adalah menguras dan menghabisi suplai maupun kekuatan udara rezim (Assad)," tegasnya. Dia menyebut bahwa selama ini Rusia dan Iran mengirim banyak senjata pada militer Assad lewat bandara tersebut.

Sebelumnya, oposisi mengklaim telah mengambil-alih Kota Harran Al-Awameed, yang hanya berjarak sekitar 1,6 kilometer dari bandara, hingga Deir Asafeer, area pinggiran Damaskus. Selain itu, oposisi mengklaim telah menduduki bandara helikopter militer di dekat Damaskus dan sebuah jalan yang menghubungkan ke beberapa lokasi tersebut.

Pekan lalu, oposisi juga mengaku telah menembak jatuh sebuah jet tempur dan dua helikopter militer Assad di utara Syria. Arwa Damon dari CNN pun telah mendatangi lokasi jatuhnya pesawat tempur dan helikopter tersebut. Di lokasi, dia menyaksikan puing-puing bekas pesawat dan helikopter diangkuti oleh warga.

Sementara itu, militer Assad meningkatkan gempuran di pinggiran Damaskus untuk mengamankan perbatasan di sekitar ibu kota, termasuk akses menuju bandara. Akibat gempuran itu, jaringan telepon dan internet masih terputus dan telah memasuki hari ketiga.

Militer Assad menggempur wilayah barat daya ibu kota dan Distrik Douma di timur laut. Para analis menilai bahwa rezim Assad berusaha mengamankan perbatasan Damaskus dengan segala cara untuk memperkuat posisi mereka dalam konflik yang sudah berusia 20 bulan itu.

Kontak senjata di jalan menuju bandara mengakibatkan sejumlah penerbangan internasional terpaksa dibatalkan. Otoritas bandara telah membuka kembali penerbangan. Namun, sumber militer Assad menyatakan bahwa kontak senjata membuat tidak ada jaminan keamanan sepenuhnya di sepanjang jalur tersebut.

"Namun, bagian tersulit belum bisa diselesaikan. Militer ingin mengambil-alih kendali di timur jalan. Di sana ada ribuan teroris. Perlu beberapa hari untuk menyelesaikan," kata sumber itu. Istilah teroris dipakai rezim Assad untuk para pejuang oposisi yang bersenjata.

Pertempuran sengit antara militer dan oposisi juga terjadi di Aleppo, kota terbesar kedua di Syria. Pertempuran lain terjadi di Kota Homs. Di wilayah timur, pasukan Assad kembali memasuki ladang minyak Al-Omar setelah tiga hari lalu dikalahkan oposisi.

"Meski berhasil menguasai Kamis lalu (29/11), oposisi tidak berani memasuki ladang minyak tersebut karena khawatir telah dipasangi ranjau," ungkap Rami Abdel Rahman, direktur Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).

Ladang minyak itu adalah salah satu wilayah kekuasaan terakhir pemerintah di timur Kota Deir Ezzor. Pekan lalu, oposisi berhasil menguasai wilayah perbukitan luas mulai dari kota tersebut hingga perbatasan Iraq. Penguasaan itu merupakan yang terluas di luar kontrol pemerintah.

Bulan lalu, oposisi berhasil menguasai ladang minyak pertama di Al Ward, namun kehilangan kontrol atas ladang minyak Al-Jofra dan cadangan gas yang dikelola Conoco. Kekerasan di seluruh wilayah Syria itu terus membawa korban jiwa.

Sedikitnya, 122 orang tewas pada Jumat lalu. Itu termasuk 73 warga sipil Syria dan 22 pejuang dari Lebanon. Sejauh ini total korban jiwa akibat revolusi yang pecah Maret tahun lalu telah mencapai 41 ribu jiwa.(CNN/AFP/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Friends of Syria Serukan Embargo

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler