ACEH--Dua korban tembak dari Bireuen yang dirujuk ke RSUD Dr Zainoel Abidin, Kamis (5/1) pagi menjalani CT-Scan untuk mengetahui letak proyektil atau serpihan peluru, yang masih ‘bersemayam’ di tubuh mereka. Atas luka tersebut, kondisi para pekerja masih tergolong lemah serta belum bisa dioperasi.
Keterangan medis disampaikan Wadir Pelayanan dan SDM RSUDZA Dr.Andalas, Sp.OG, saat ditemui Metro Aceh (Group JPNN). Bahwa Hasan (35) sedang dalam perawatan pihaknya, dari diagnosa sementara tampak pendarahan di dalam rongga perut dan letak proyektil.
Pasca pemeriksaan ini, ujarnya, pihaknya baru bisa menentukan, apakah pasien bisa di operasi atau tidak. Juga letak proyektil tidak didekat atau mengenai organ vital dan hanya berada tidak jauh di bawah lapisan kulit serta di atas tulang iga. Tak hanya itu, sesuai prosedur kedokteran, maka pihaknya harus melihat apakah bekas operasi pertama yang dilakukan di RSUD Dr Fauziah Bireuen, tidak menimbulkan infeksi.
“Tiga hari sudah kami menangani dan melakukan tindakan medis, terhadap 2 pasien korban tembak dari Bireuen. Kondisi keduanya berangsur membaik. Diperkirakan seminggu lagi, sudah bisa keluar dari rumah sakit. Kemarin (Rabu,04/01), Hb darah Hasan masih kurang, sehingga harus ditingkatkan terlebih dahulu, baru-lah di CT-Scan,” tukasnya
Disinggung kapan operasi mengeluarkan proyektil di tubuh Hasan" Dr Andalas mengungkapkan, hingga kini, keberadaan proyektil tidak nampak menganggu kesehatan pasien. Namun, ujarnya sekali lagi, sesuai prosedur rumah sakit, maka pihaknya melihat 5 hingga 7 hari pasca operasi pada pasien. Apabila kondisi membaik, maka pihaknya bisa mengeluarkan proyektil tanpa operasi besar dikarenakan letaknya tidak di dekat organ tubuh.
Dia bilang, operasi yang dilakukan di RS Bireuen, merupakan penanganan pertolongan yang penting atau urgen dahulu bagi kesehatan di pasien. Soal oeprasi, ucapnya, tergantung sudut emergensi pasiennya.
Sementara itu, korban tembak Abdul Wahid (30) kondisinya sudah mulai membaik. Ia sudah mulai bisa berjalan dengan tertatih-tatih, akibat bekas operasi di bagian tempurung lutut kaki sebelah kirinya yang ditembus timah panas.
Amatan koran ini di kamar inap Hasan dan Abdul Wahid. Hasan masih terbaring lemas ditemani sepupunya, Nasyikin dan seorang pekerja galian kabel PT Telkomsel, yang selamat dari pemberondongan di malam tahun baru lalu. Sepupu Hasan ini, mengatakan segala biaya makan dan minum serta pengobatan Hasan, ditanggung pemborong perusahaan tempat mereka bekerja.
“Untuk beli nasi dan minum. Pemborong itu, yang kasihkan uang. Kalau perlu beli obat, kami tinggal telephone pemborong yang baru sekali menjenguk kami,” katanya yang duduk disebelah tempat tidur Hasan di salah satu raung inap di RSUDZA Lampriet Kota Bandaaceh.
Nasyikin berharap pihak rumah sakit ssecepatnya menangani sepupunya. Kalau sudah sembuh, akan langsung pulang dan tidak berani lagi melanjutkan pekerjaan di Aceh. Ia juga tidak tahan setiap waktu di telephone pihak keluarga dari Kencong, Jember, Jawa Timur.
“Keluarga kami semua, nangis-nangis, setiap kali menelephone. Mereka meminta kami cepat pulang dan tidak lama-lama lagi berada di Aceh,” tukasnya.
Nasyikin pun menceritakan kalau keluarga korban tembak yang luka, tidak bisa menjenguk ke Aceh, dikarenakan kondisi keuangan yang tidak memungkinkan. Mereka, ucapnya, mau kerja jauh dari keluarga juga untuk sesuap nasi anak istri, tapi baru 26 hari kerja di Aceh, mereka yang kebanyakan bersaudara semua, menerima nasib harus menjadi korban.
Sekali lagi, Nasyikin, Hasan, dan Abdul Wahid, tidak sabar lagi untuk segera pulang kampung. Keluarga resah. Mereka pun trauma dengan penembakan itu. Ditanya lagi kemungkinan mengenali pelaku" Kelima pekerja yang sama bersama Hasan dan Abdul Wahid, mengakui tidak sempat melihat pelaku penembakan. Sebagian tidur dan sisanya masih terkaget-kaget dengan tembakan itu. (dian)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Langka, Harga Semen Melambung
Redaktur : Tim Redaksi