Pelajar Indonesia di Jepang Diimbau Kembangkan Kemampuan Berjejaring

Minggu, 20 November 2022 – 23:12 WIB
Arsip - Seorang penarik becak memotret penumpangnya di distrik Asakusa di tengah wabah COVID-19 di Tokyo, Jepang, 25 Maret 2020. ANTARA/REUTERS/Ju-min Park/as

jpnn.com, TOKYO - Pelajar Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Jepang perlu memiliki kemampuan berjejaring guna mewujudkan ide-ide dalam rangka berkontribusi kepada negara, menurut pengamat sumber daya manusia (SDM).

“Seberapa pintar pun kalau tidak ada yang mengenal Anda dan inovasi Anda, Anda tidak akan ke mana-mana. Jadi, skill nomor satu adalah kemampuan berjejaring sehingga ide sampai ke titik yang diinginkan,” kata Ferro Ferizka, Kamis. 

BACA JUGA: Jarang Muncul di TV, Rizky Billar Akan Buka Bisnis di Jepang?

Ferro, yang adalah direktur eksekutif Pijar Foundation, menyampaikan pandangan tersebut dalam diskusi bertajuk “Bridge for Innovation: The Role of Indonesian Diaspora in Japan” di Tokyo.

Menurut dia, pelajar-pelajar Indonesia di Jepang memiliki potensi dan nilai tambah, yakni mampu memahami kondisi negara maju dari segi talenta, inovasi dan kebijakan.

BACA JUGA: Jadwal Australia Open 2022: Vito Lawan Bocah Ajaib Jepang, Bakal Sengit!

“Itu penting karena itu bisa dibawa dikontekstualisasi ke Indonesia sehingga kita sebagai negara tidak perlu lama-lama trial and error," ujarnya.

"Kita bisa lihat negara maju, mereka melakukan apa dan dikontekstualisasi di Indonesia baik dari sisi talenta, inovasi, dan kebijakan,” katanya, menambahkan.

BACA JUGA: Mangga Indonesia Yahud, Delegasi Jepang Sampai Jauh-Jauh ke Jakarta demi Buka Akses

Menurut Ferro, SDM berkualitas yang dimiliki Indonesia sangat banyak, namun tidak terkoneksi dengan pemegang kebijakan ataupun pihak yang dapat membantu mewujudkan ide dan inovasi-inovasi mereka.

“Jadi, Anda harus tahu seseorang dan jangan menunggu untuk lulus sebelum berkontribusi,” katanya.

Ferro menyebutkan pihaknya melalui program futureskills.id telah memfasilitasi lebih dari 30.000 mahasiswa dari sekitar 516 kampus di seluruh Indonesia dengan 54 korporasi.

Namun, ujarnya, saat ini kendala yang dihadapi adalah pemetaan antara kemampuan yang dimiliki talenta dengan kebutuhan baik di korporasi maupun organisasi.

“Nomor satu jelas pemetaan, kita harus tahu siapa butuh apa, yang dibutuhkan itu ada di mana. Yang mahal itu pemetaan. Jadi pemetaan kita masih perlu untuk diperbaiki,” katanya.

Ferro menambahkan pihaknya juga berupaya bermitra dengan Nippon Foundation terkait penyerapan SDM untuk kebutuhan dalam negeri.

“Negara-negara maju sudah mulai bicara impact fund, impact investment. Mereka punya sumber daya ke situ dan kami berusaha bermitra dengan mereka sehingga kita bisa membawa dampak bagi Indonesia,” katanya. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler