jpnn.com - NICE – Pemerintah Prancis kemarin (17/7) mengungkapkan bahwa Mohamed Lahouaiej Bouhlel, pelaku serangan di sepanjang Promenade des Anglais, Nice, Prancis, Rabu lalu (14/7), dua kali tertangkap kamera CCTV melewati lokasi kejadian. Yaitu, pada Selasa (12/7) dan Rabu (13/7).
Sebelum melakukan aksinya, dia juga menjual mobil dan mengambil seluruh tabungannya di bank. Pria sadis tersebut lantas memberikan uang Rp 1,4 miliar kepada keluarganya di Msaken, Tunisia.
BACA JUGA: 34 Jenderal Diringkus, Erdogan Rancang Hukuman Mati
Uang tunai itu diselundupkan lewat seorang teman. Saudaranya, Jaber, yang menerima uang tersebut mengaku terkejut. Sebab, dia sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan Bouhlel. Beberapa jam sebelum serangan, dia sempat menelepon Jaber dan menyatakan bahwa semua baik-baik saja. ”Dia bahkan sempat mengirimkan foto selfie dirinya,” ungkap Jaber.
Bukan hanya itu. Bouhlel juga sengaja menyewa truk yang paling berat sebagai alat utama melakukan kejahatan. Melalui kantor berita Amaq, militan Islamic State (IS) alias ISIS mengklaim serangan di Nice tersebut sebagai efek dari seruan mereka.
BACA JUGA: Erdogan Buka Peluang Eksekusi Mati Pelaku Kudeta
Yaitu, agar para pendukung ISIS melakukan serangan di negara masing-masing. Pemerintah Prancis masih menyelidiki klaim itu.
Di lain pihak, Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve menegaskan bahwa Bouhlel tampaknya menjadi radikal dalam waktu cepat. Pria yang pernah mengalami gangguan kejiwaan itu baru tampak alim dan mengunjungi masjid April lalu. Penyidik juga menemukan bukti baru di telepon miliknya. Yaitu, kontak orang-orang yang masuk dalam daftar radikal.
BACA JUGA: Heroik! Polisi Turki Selamatkan Nyawa Tentara Pro Kudeta di Tengah Amuk Massa
”Bisa jadi itu hanya kebetulan. Tapi, dia tampaknya kenal dengan orang yang mengenal Omar Diaby,” ujar salah seorang intelijen. Diaby selama ini diyakini memiliki hubungan dengan kelompok Al Nusra yang merupakan jaringan Al Qaeda.
Sementara itu, kemarin polisi kembali menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam serangan tersebut. Satu orang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Total sudah ada enam orang yang kini ditahan polisi.
Identitas mereka tidak diungkap pihak kepolisian. Mantan istri Bouhlel kemarin sudah dibebaskan dari penjara setelah selesai dimintai keterangan.
Serangan di Nice membuat penduduk Prancis mempertanyakan kemampuan pihak keamanan. Sebab, pada saat kejadian, hanya ada 60 petugas yang ditugaskan untuk menjaga lokasi kejadian. Padahal, saat itu merupakan perayaan Bastille Day dan ada ribuan orang yang melihat pesta kembang api.
Bahkan, sesaat sebelum serangan terjadi, polisi yang bertugas memblokade jalan pascapawai militer baru saja ditarik kembali ke markas. Dengan kata lain, Bouhlel bebas melenggang dengan aman ke lokasi.
Pemerintah Prancis kemarin menyerukan kepada para pemuda untuk menjadi tentara cadangan guna meningkatkan keamanan. Pemerintah Prancis memiliki 120 ribu polisi dan personel militer.
Mereka membutuhkan tambahan 12 ribu orang lagi. Sebanyak 9 ribu orang akan ditempatkan sebagai polisi militer dan 3 ribu orang sebagai petugas kepolisian biasa.
”Saya menyerukan kepada semua patriot Prancis yang ingin melakukannya untuk bergabung dengan pasukan operasional cadangan ini,” tegas Cazeneuve. (AFP/Reuters/BBC/The Telegraph/sha/c6/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata! Warna Bendera Indonesia Membedakan Tentara Pro dan Antikudeta Turki
Redaktur : Tim Redaksi