Pelepasliaran Orangutan Makin Sulit

Rabu, 01 Februari 2012 – 14:04 WIB
PALANGKA RAYA – Upaya mempertahankan keberadaan satwa langka orangutan (Pongo pygmaeus) dari kepunahan, makin berat. Selain jumlahnya yang terus berkurang akibat habitatnya rusak, petugas juga makin kesulitan untuk melepasliarkan orangutan hasil temuan ke lokasi lain karena hutan yang menjadi habitat orangutan, terus menyusut.

Kepala Tata Usaha (TU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Achmad Zaini mengatakan, dari 600 ekor orangutan yang dipelihara di Pusat Reintroduksi Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya yang dikelola Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation, ada ratusan ekor yang sudah siap dilepasliarkan ke habitat aslinya untuk hidup mandiri. Namun hingga saat ini belum bisa dilakukan karena terkendala sulitnya mendapatkan lokasi, yakni hutan alami yang memungkinkan orangutan hidup tanpa ada kekhawatiran dirambah oleh kepentingan manusia.

Saat ini BKSDA Kalteng bersama BOS sedang melakukan pengkajian terhadap hutan yang ada di Kalteng yang dinilai laik sebagai habitat orangutan. Pengkajian tersebut dimulai dari luas kawasan hutan, ketersedian sumber makanan, jenis pepohonan yang tumbuh hingga sering tidaknya perburuan di lokasi tersebut.

"Kalau makanannya sedikit dan orang banyak berburu, yang ada orangutan bisa mati. Padahal kita sudah bersusah payah merawatnya agar spesies ini bisa semakin berkembang. Orangutan kan ikonnya Kalimantan, khususnya Kalteng," ujarnya.

Zaini mengemukakan, selain mengkaji terhadap kawasan hutan, pihaknya juga melakukan pendekatan kepada bupati yang daerahnya masih banyak hutan yang layak untuk tempat tinggal orangutan. Sebab, pemberian izin penggunaan kawasan hutan untuk satwa langka tersebut juga merupakan wewenang kepala daerah setempat.

Untuk kawasan hutan lindung yang ada saat ini, pihak BKSDA menilai sudah cukup banyak orangutan berada di sana, sehingga perlu ada lokasi baru agar dapat berkembang. "Kita upayakan dalam waktu dekat sudah ada tempatnya. Tapi kita juga minta kesediaan kepala daerah yang kawasan hutannya digunakan untuk mengembangkan hewan yang dilindungi ini," pungkasnya. (jwr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Singa Lepas, Pengunjung Kalang Kabut

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler