jpnn.com, KENDARI - Tim forensik yang menangani autopsi kasus penembakan di kantor DPRD Sultra, yang menewaskan Randi (21), memastikan mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) itu terkena tembakan dari jarak jauh dengan senjata api.
“Alrmarhum Randi meregang nyawa akibat luka tembak pada saat melakukan aksi damai di Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, pada Kamis, 26 September,” kata salah seorang dari tim, dr Raja Alfatih saat menggelar konferensi pers di RSUD Abunawas, Jumat (27/9) lalu.
BACA JUGA: Kembalikan Immawan Randi, Oh Anakku, Kenapa Dia Ditembak?
“Ada luka tembak terhadap korban. Diameter luka bagian dada kiri di bawah ketiak berukuran 0,9 cm, kemudian menembus dada bagian kanan berukuran diameter 2,1 cm. Akibat luka tembak yang dialaminya menyebabkan pendarahan hebat sehingga parunya mengecil karena bocor,” imbuhnya.
Randi merupakan mahasiswa Fakultas Perikanan UHO. Dia berasal dari Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.
BACA JUGA: FajRi Kembali Makan Korban di Korea Open 2019, Setelah Minions, Kini Tiang Listrik
Terpisah, Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan tim gabungan yang dibentuk untuk menginvestigasi insiden kematian mahasiswa peserta unjuk rasa di Kendari, juga melibatkan Ombudsman.
"Investigasi untuk mengungkap kejadian sebenarnya saat aksi unjuk rasa ribuan orang menolak revisi undang-undang yang mengundang kontroversi, akan dilakukan profesional dan transparan ke publik," kata Ari Dono, di Kendari, Sabtu (28/9).
Menurutnya, kewenangan investigasi kasus tindak pidana pada prinsipnya pihak kepolisian, tetapi terbuka ruang manakala ada aspirasi yang menghendaki pelibatan komponen lain, seperti Ombudsman, Komnas HAM maupun akademisi.
"Kepolisian komitmen menjalankan tugas dengan profesional. Tim investigasi bekerja secara transparan untuk membuktikan peristiwa yang terjadi saat unjuk rasa yang menelan korban jiwa," ujarnya.
Dia menambahkan, semua jenis senjata yang digunakan personel kepolisian saat pengamanan di DPRD Sultra sudah ditarik. "Karena ada temuan selongsong peluru maka perlu diperiksa, termasuk polisi yang ditugaskan. Perlu kami data senjata apa saja yang dibagi, amunisinya berapa untuk diteliti," katanya.
“Insyaallah secara periodik hasil investigasi akan disampaikan kepada publik. Harapannya lebih cepat lebih baik,” ujarnya. (butonposfajar/kendaripos/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek