jpnn.com, ASUNCION - Fatima Omeldo tersenyum lebar. Memakai helm pelindung warna kuning, dia berpose di depan mobil pemadam kebakaran. Omeldo mengempit gulungan slang untuk menutupi bagian samping tubuhnya. Tapi, bagian perutnya yang buncit tetap menyembul. Maklum, dia sedang hamil besar.
Selain helm dan slang yang tergulung itu, tubuh Omeldo tidak tertutup selembar benang pun. Dia telanjang.
BACA JUGA: Lebih Lengkap dengan Sepeda Motor Pemadam Api
Tapi, Omeldo tidak sendirian. Rekan-rekannya di unit relawan pemadam kebakaran di San Roque Gonzalez, Asuncion, Paraguay, juga sama. Termasuk suami Omeldo, Rodrigo Gimenez.
Mereka berpose dalam berbagai gaya tanpa busana. Alat-alat pemadam kebakaran mereka manfaatkan sebagai penutup area genital. Ada pula yang memilih difoto dari belakang agar tidak terlihat vulgar.
BACA JUGA: Wulan Guritno Panik ada Kebakaran di Dekat Rumahnya
Omeldo dan rekan-rekannya memercayakan pemotretan kepada Jose Maria Guerrero. Fotografer Spanyol itu mengerjakan proyek "telanjang" tersebut secara profesional. Dia berusaha menyajikan potret terbaik meski daya pikat utama foto-fotonya bukanlah tubuh telanjang para modelnya.
Di tangan Guerrero, foto-foto apik tercipta. Foto-foto itu lantas ditransformasikan menjadi kalender.
BACA JUGA: Belajar jadi Petugas Pemadam Kebakaran
"Ya, seperti inilah pekerjaan kami. Pada dasarnya, kami ini telanjang (tanpa perlindungan, Red)," ujar Kepala Pemadam Kebakaran Alcides Britez sebagaimana dikutip Associated Press, Kamis (17/1). Sebagai ketua, dia juga tidak ketinggalan nampang sebagai model kalender.
Foto Britez yang sedang menaiki mobil pemadam dengan hanya memakai helm terpampang pada halaman kalender November. Di setiap foto tertulis kalimat yang sama. "Kami telanjang pada gambar kalender karena seperti itu pula cara negara memperlakukan kami. Tanpa uang."
Britez mengungkapkan, seluruh personel pemadam kebakaran di wilayah tersebut tidak punya asuransi kesehatan yang memadai. Padahal, hampir setiap hari mereka mempertaruhkan nyawa. Gaji mereka juga tidak mencukupi meski bekerja sangat keras.
Selain kesejahteraan para personel pemadam kebakaran yang tidak digubris, pemerintah ternyata tidak peduli pada masalah operasional. Tiap bulan, pemerintah hanya memberikan jatah sekitar USD 600 atau setara dengan Rp 8,5 juta untuk menutupi biaya operasional.
Itu tidak cukup untuk membayar ongkos perawatan peralatan pemadam kebakaran, ambulans, dan mobil pemadam kebakaran. Biaya perawatan per bulannya mencapai USD 1.000 atau sekitar Rp 14,19 juta.
Karena itulah rata-rata pemadam di wilayah tersebut memiliki lebih dari satu pekerjaan. Itu dilakukan untuk menyiasati kecilnya gaji yang mereka terima.
Britez, misalnya. Dia juga bekerja sebagai pengemudi ambulans di pusat kesehatan setempat. Ada pula yang bekerja sebagai guru, jurnalis, maupun tukang kayu. "Penghasilan saya adalah apresiasi dan rasa terima kasih penduduk. Itu jauh lebih berharga dari gaji apa pun," ujar Silvia.
Ide pembuatan kalender itu sendiri sejatinya muncul tahun lalu di kelas fotografi yang dibimbing Guerrero. Di kelasnya, ada beberapa mahasiswa yang juga berprofesi sebagai relawan pemadam kebakaran. (sha/c17/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Naik Turun Tangga, Ritual Pemadam Kebakaran AS setiap 9/11
Redaktur & Reporter : Adil