LONDON -- Hasil studi yang dilakukan Reuters Institute for the Study of Journalism menyatakan pembaca media online semakin meningkat akhir-akhir ini. Kepemilikan tablet atau ponsel pintar telah mendorong masyarakat untuk membaca berita online, termasuk yang berbayar.
"Persentase pengguna internet yang membaca berita berbayar naik lebih dari dua kali lipat menjadi sembilan persen selama 10 bulan terakhir," kata Robert Picard, direktur penelitian di Reuters Institute for the Study of Journalism, yang melakukan studi tersebut, seperti yang dikutip BBC.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya konsumen di berbagai negara, termasuk Inggris dimana konsumen semakin mau membayar berita-berita internet, meskipun kebanyakan masih memilih untuk mendapatkan akses gratis.
Peningkatan pembaca media online tersebut juga terjadi di Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman, meskipun hal sebaliknya terjadi di Denmark. Mereka yang berusia 25 hingga 34 tahun, dianggap paling siap untuk membayar. "Sementara dari sisi gender, kaum lelaki juga ternyata lebih mau membayar daripada perempuan," lanjutnya.
Penelitian ini menarik bagi industri surat kabar, termasuk Sun, Daily Telegraph, Bild dan Washington Post, yang semuanya berencana untuk menerapkan berita berbayar tahun ini. Di AS sendiri, kepemilikan tablet atau ponsel pintar telah mendorong akses berbayar atas situs berita online.
Namun, mereka mengingatkan efek penggunaan tablet ini tidak terlalu besar, hal ini mungkin disebabkan karena banyak aplikasi berita yang ditawarkan gratis. "Data ini mengindikasikan, rata-rata 10 persen orang telah membayar berita digital, naik sepertiga dari tahun sebelumnya," sambungnya.
Majalah yang memuat isu tentang kepentingan publik lebih mudah menjaring pengguna untuk membayar daripada surat kabar, terutama pada tablet. Sebab pembayaran digital untuk majalah dapat menawarkan analisis berita dan komentar. Cara ini tidak dilakukan saluran berita pada umumnya.
Reuters Institute for the Study of Journalism menggunakan responden sebanyak 11 ribu orang di sembilan negara untuk berpartisipasi dalam survei ini. BBC, Google dan regulator media Ofcom adalah sponsornya.
Beberapa responden mengatakan internet telah menjadi sumber yang paling penting untuk berita seperti di Spanyol, Italia, Jepang, dan daerah perkotaan Brazil. Namun televisi masih menjadi layanan berita utama bagi Jerman, Prancis, Denmark, Inggris, dan Amerika Serikat.
Survei ini juga menunjukkan merek baru sulit melampaui mereka yang sudah mapan. Di AS dan Jepang, Yahoo diidentifikasi sebagai sumber berita online paling populer dan mengalahkan Fox News serta NHK.
"Itu menjadi salah satu kunci dalam mengatasi pengenalan merek melalui media sosial," tuturnya
Pasalnya para pengguna media sosial cenderung tidak melihat situs berita apa yang diakses. Studi ini menegaskan semakin pentingnya Facebook, Twitter dan layanan media sosial lainnya. (esy/jpnn)
"Persentase pengguna internet yang membaca berita berbayar naik lebih dari dua kali lipat menjadi sembilan persen selama 10 bulan terakhir," kata Robert Picard, direktur penelitian di Reuters Institute for the Study of Journalism, yang melakukan studi tersebut, seperti yang dikutip BBC.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya konsumen di berbagai negara, termasuk Inggris dimana konsumen semakin mau membayar berita-berita internet, meskipun kebanyakan masih memilih untuk mendapatkan akses gratis.
Peningkatan pembaca media online tersebut juga terjadi di Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman, meskipun hal sebaliknya terjadi di Denmark. Mereka yang berusia 25 hingga 34 tahun, dianggap paling siap untuk membayar. "Sementara dari sisi gender, kaum lelaki juga ternyata lebih mau membayar daripada perempuan," lanjutnya.
Penelitian ini menarik bagi industri surat kabar, termasuk Sun, Daily Telegraph, Bild dan Washington Post, yang semuanya berencana untuk menerapkan berita berbayar tahun ini. Di AS sendiri, kepemilikan tablet atau ponsel pintar telah mendorong akses berbayar atas situs berita online.
Namun, mereka mengingatkan efek penggunaan tablet ini tidak terlalu besar, hal ini mungkin disebabkan karena banyak aplikasi berita yang ditawarkan gratis. "Data ini mengindikasikan, rata-rata 10 persen orang telah membayar berita digital, naik sepertiga dari tahun sebelumnya," sambungnya.
Majalah yang memuat isu tentang kepentingan publik lebih mudah menjaring pengguna untuk membayar daripada surat kabar, terutama pada tablet. Sebab pembayaran digital untuk majalah dapat menawarkan analisis berita dan komentar. Cara ini tidak dilakukan saluran berita pada umumnya.
Reuters Institute for the Study of Journalism menggunakan responden sebanyak 11 ribu orang di sembilan negara untuk berpartisipasi dalam survei ini. BBC, Google dan regulator media Ofcom adalah sponsornya.
Beberapa responden mengatakan internet telah menjadi sumber yang paling penting untuk berita seperti di Spanyol, Italia, Jepang, dan daerah perkotaan Brazil. Namun televisi masih menjadi layanan berita utama bagi Jerman, Prancis, Denmark, Inggris, dan Amerika Serikat.
Survei ini juga menunjukkan merek baru sulit melampaui mereka yang sudah mapan. Di AS dan Jepang, Yahoo diidentifikasi sebagai sumber berita online paling populer dan mengalahkan Fox News serta NHK.
"Itu menjadi salah satu kunci dalam mengatasi pengenalan merek melalui media sosial," tuturnya
Pasalnya para pengguna media sosial cenderung tidak melihat situs berita apa yang diakses. Studi ini menegaskan semakin pentingnya Facebook, Twitter dan layanan media sosial lainnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Google Digugat Karena Pasang Iklan Resep Obat
Redaktur : Tim Redaksi