Pembantaian Sadis, Sekeluarga Dibabat Celurit

Jumat, 27 Februari 2015 – 20:22 WIB
Pembantaian Sadis, Sekeluarga Dibabat Celurit. Tampak Rumah kontrakan tersangka Azis dan Hasan dipasangi police line karena menjadi salah satu lokasi pembantaian. Foto Ahmad Khusaini/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - SURABAYA - Warga Jalan Jemur Wonosari Gang Lebar, Rabu (25/2) malam, geger. Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anaknya dibabat celurit dalam peristiwa cekcok yang dipicu oleh dendam. Kini, polisi bekerja keras untuk memburu para tersangka yang berhasil melarikan diri.

Peristiwa carok yang menyasar satu keluarga dan berujung pada tewasnya Timbul, 50, warga Jalan Jemur Wonosari Gang Lebar Nomor 121, ini mendapat perhatian khusus dari Polrestabes Surabaya, Jawa Timur.

BACA JUGA: Polisi Sebar Foto Penyekap dan Penyiksa Siswi SMA di Kos-kosan

Bahkan Kapolrestabes Kombes Pol Setija Junianta sudah mengintruksikan kepada jajarannya agar menangkap semua pelaku tidak lebih dari 2x24 jam.

Berdasarkan instruksi dari kapolres tersebut, Kasatreskrim AKBP Takdir Matanette mengatakan jika pihaknya sudah melakukan pengejaran para pelaku ke beberapa lokasi yang dicurigai.

BACA JUGA: Pembangunan PLTU Nunukan Molor Lagi

“Nama-namanya (tersangka) sudah kami kantongi, secepatnya akan kami ringkus mereka,” tegas AKBP Takdir Matanate yang baru saja dilantik menggantikan AKBP Sumaryono seperti yang dilansir Radar Surabaya, Jumat (27/2).

Selain melakukan pengejaran, Takdir mengatakan bahwa pihaknya juga mengumpulkan keterangan dari para saksi. Dari keterangan itu, diketahui bahwa motif dari pembantaian brutal tersebut lantaran unsur sakit hati dari tersangka kepada korban.

BACA JUGA: Waspada! Kelompok Begal Sadis dari Karawang Beraksi di Wilayah Ini

Takdir menjelaskan, berdasarkan keterangan para saksi, pembantaian sadis itu bermula saat Timbul enggan untuk memperpanjang rumahnya yang dikontrak oleh Aziz dan Hasan.

Selama ini, rumah tersebut sudah dikontrak oleh keduanya selama dua tahun untuk usaha jahitan. “Namun, kedua tersangka itu rupanya ngotot agar Timbul mau untuk memperpanjang kontrakannnya kembali,” ungkapnya.

Karena Timbul bersikeras tidak mau memperpanjang kontrakan Aziz dan Hasan dengan alasan rumah itu akan digunakan sendiri oleh keluarganya, timbul lah cekcok di antara mereka.

Hasan dan Aziz pun mengalah dengan mengontrak rumah yang tidak jauh dari rumah Timbul. Di kontakan baru itu, mereka kembali membuka usaha yang sama yakni tukang jahit dan permak celana.

“Namun tidak berapa lama, ternyata rumah yang tidak diperpanjang kontrakannya milik korban itu malah dikontrakkan ke orang lain untuk membuka usaha yang sama (jahitan, Red). Kemungkinan, hal inilah yang membuat kedua pelaku sakit hati dan melakukan aksi pembunuhan tersebut,” ungkapnya.

Aksi pembunuhan terhadap Timbul terjadi pada Rabu (25/2) malam sekitar pukul 19.30 WIB. Awalnya, Hasan dan Aziz yang membawa dua temannya yang identitasnya sudah dikantongi polisi mendatangi rumah Didik Harianto, 28, di Jalan Jemur Wonosari Gang Lebar No 121.

Di rumah itu, Hasan terlibat cekcok mulut dengan Didik yang tidak lain adalah anak pertama Timbul.

Suasana bertambah tegang ketika tiba-tiba Azis mengeluarkan celurit dari balik bajunya dan langsung membacok leher Didik.

Meski demikian, Didik masih bisa melawan. Dia pun membalas dengan mendorong tubuh Hasan dan Aziz. Saat itulah, Aziz kembali menyabetkan celurit ke tangan Didik. Dengan bersimbah darah, Didik pun berusaha meminta bantuan.

Dia lari ke depan rumah dan meminta tolong kepada ayahnya, Timbul. Melihat anaknya bersimbah darah, Timbul pun keluar rumah sambil membawa pentungan. Timbul pun terlibat duel dengan Hasan dan Aziz.

Meski jumlahnya lebih banyak, ternyata Hasan dan Aziz sempat kewalahan. Sehingga, mereka meminta bantuan kepada dua orang temannya yang sudah menunggu di luar.

Kedua teman Hasan ini langsung mengeluarkan celuritnya dan mereka berempat mengeroyok Timbul. Akibat perkelahian yang tak seimbang, Timbul yang bersenjatakan pentungan pun roboh melawan empat tersangka yang bersenjatakan tiga celurit dan satu pedang.

Timbul tumbang setelah kepala, tangan, dan perutnya terkoyak terkena sabetan celurit dari para tersangka. Melihat ayah dan kakaknya bersimbah darah, Novan, 16, anak kedua Timbul mencoba untuk membantu ayahnya.

Namun, hal ini malah membuat para pelaku murka dan langsung membacok kepala pemuda ABG itu. Istri Timbul yakni Sumiati, 40, mencoba menyelamatkan Novan yang saat itu dikeroyok. Namun nahas, dia pun menjadi korban sabetan pedang milik Aziz.

Berhasil melampiaskan dendamnya pada satu keluarga tersebut, keempat tersangka yang mulai khawatir dengan kedatangan warga sekitar memilih kabur melarikan diri. Mereka mengendarai dua motor berboncengan.

“Satu sepeda motor lari ke utara, satunya lagi ke arah selatan,” ungkap Hartono, salah satu warga yang juga saksi mata peristiwa tragis tersebut.

Melihat satu keluarga ini terkapar, warga pun berdatangan dan langsung membawa semua korban ke RSUD Dr Soetomo. Didik sampai kemarin masih menjalani perawatan karena kondisinya masih kritis. Sementara Novan masih tidak sadarkan diri.

Namun nahas bagi Timbul, ia meregang nyawa kehabisan darah saat perjalanan ke rumah sakit. (jay/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sembuhkan Trauma Gadis Cantik yang Dijadikan Pemuas Nafsu Ayah Tiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler