Pembunuh Bayaran Gantung Diri, Tulis Pesan dengan Darah

Sabtu, 20 Oktober 2018 – 17:10 WIB
Jasad pembunuh bayaran yang gantung diri menggunakan sobekan sarung yang digunakan untuk tidur di Lapas. Foto: RIDUAN/KALTENG POS

jpnn.com, PALANGKA RAYA - Baharudin, pembunuh bayaran yang menjalani masa hukuman di Lapas Kelas IIA Palangka Raya, Kalteng, mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri.

RIDUAN, Palangka Raya

BACA JUGA: Julia Dikagetkan Bule Rusia Gantung Diri di Pagar Rumah

“Elis Nawati, tolong serahkan cicin ini ke istriku.” Demikianlah tulisan dalam secarik kertas yang ditemukan petugas Lapas Kelas IIA Palangka Raya. Kata-kata itu dirangkai menggunakan darah. Darah itu diduga berasal dari jari telunjuk tangan kanan Baharudin, yang sengaja dilukai.

Narapidana kasus pembunuhan berencana bersama rekannya Elis Nawati itu, ditemukan tergantung di sel isolasi AU 2, Kamis subuh (18/10). Menggunakan kain sarung yang digantung di pintu. Sontak, kejadian itu membuat geger penghuni lembaga pemasyarakatan di Jalan Tjilik Riwut Km 2,5 tersebut.

BACA JUGA: Sebelum Tembak Dada Sendiri, Ommy Minta Maaf

Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik (Kasibinadik), Irvan membenarkan adanya kasus bunuh diri itu. Pemuda 28 tahun itu baru saja masuk ke Lapas, Senin (15/10), dan langsung dimasukkan ke ruang isolasi. Sebab, setiap malam selalu berteriak dan mengaku mau dibunuh orang menggunakan samurai.

“Pada kenyataannya, tidak terjadi apa-apa. Akhirnya ia memilih bunuh diri," katanya kepada awak media.

BACA JUGA: Honorer Pemkab Bungo Tewas Tergantung di Rumahnya

Irvan menambahkan, yang bersangkutan masuk ke dalam Lapas karena kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap, atau sudah bisa dikatakan sah untuk menjadi seorang napi. Dia sudah menjalani proses hukuman kurang lebih 10 bulan di Rutan Kelas IIA Palangka Raya.

Yang bersangkutan terbukti secara sah telah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana, yang menewaskan korban yakni Sumber Baen Ranying (54), di Jalan Jambu, RT 06, Kelurahan Tampang Tumbang Anjir, Kecamatan Kurun, pada 22 Desember 2017. Ia ditangkap pihak kepolisian pada Selasa (26/12) silam di Kota Palangka Raya.

Dari informasi yang didapatkan, yang bersangkutan tega menghabisi seorang pemuda Gunung Mas, lantaran disuruh oleh Elis Nawati, yang juga divonis 20 tahun penjara.

Baharudin mendapat bayaran Rp20 juta dan satu unit sepeda motor. Tapi baru dibayar Rp2 juta dan satu unit sepeda motor.

Kabag Ops Polres Palangka Raya Kompol Purwanto, membenarkan adanya seorang napi yang meninggal dunia dalam posisi tergantung di dalam kamar tahanan. Ia juga menyarankan, agar para napi diberi perhatian khusus terutama soal sarung. Karena kebetulan tiga kali kejadian dalam satu tahun ini di dalam penjara, semuanya menggunakan sarung sebagai media bunuh diri.

"Kami mendapatkan informasi, ada seorang pemuda yang meninggal diduga gantung diri," ungkapnya saat di Ruang Kamboja, RSUD dr Doris Sylvanus, sekitar pukul 04.45 WIB.

Irvan menambahkan, terkait penggunaan sarung, pihaknya memang tidak melarang. Karena sarung biasanya digunakan untuk salat.

"Jadi, tidak mungkin kami melarang mereka membawa itu (sarung, red) ke kamar. Karena memang tidak ada larangannya. Jadi, dilema untuk masalah sarung ini. Ke depannya kami akan terus memantau penggunaan sarung ini, agar tidak kecolongan lagi, " tegasnya.

Ia menambahkan, saat ini pihak lapas belum mendapat informasi keberadaan keluarganya. Karena yang dimiliki pihaknya saat ini hanya alamat asalnya saja. “Jika sampai tiga hari tidak ditemukan keluarganya, kami akan menguburkan secara layak di Palangka Raya," timpalnya.

Beralih dari Lapas Kelas II A Palangka Raya, Kalteng Pos mencoba menghubungi Kepala Rutan Kelas II A Palangka Raya, untuk mengetahui kondisi otak pembunuhan berencana, Elis Nawati.

“Yang bersangkutan sudah depresi sejak pagi tadi. Kerana itu, terus dilakukan pengawasan oleh petugas, agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan,” tegasnya, saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Kamis (18/10) sekitar pukul 13.40 WIB.

Elis Nawati terus diajak berkomunikasi, agar depresinya bisa menurun. Karena hal seperti itu sangat berbahaya, dan rata-rata wanita yang berada di dalam sel tahanan menggunakan baju panjang.

“Semoga hal yang tidak diinginkan tak terjadi di dalam rutan,” tambahnya.

Usai melakukan visum pada jenazah Baharudin, dr Ricka Brilianty sebagai dokter forensik mengatakan, yang bersangkutan murni gantung diri, karena tidak ditemukan bekas kekerasan pada tubuh korban.

"Namun ikatan simpul sarung korban, hampir sama seperti kasus gantung diri di rutan kemarin. Karena sama, di kanan bawah telinga. Korban diperkirakan meninggal pukul 00.30 WIB," jelasnya. (ce/ram)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Honorer Gantung Diri, Ada yang Aneh?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler