MUKOMUKO--Tindakan sadis di luar batas kemanusian yang diduga kuat dilakukan An (40) terhadap dua keponakannya, Mahendra (9) dan Ragil (4) warga Desa Ujung Padang Mukomuko, memunculkan dugaan kalau bujang tua asal Medan itu alami gangguan jiwa.
Hal ini bukan tanpa alasan, An yang selama ini bekerja di perkebunan sawit di Ipuh dibawa ke Mukomuko oleh kakaknya, Lukman (45)lantaran sakit. Disebutkan kalau An suka menyendiri, melamun dan seperti orang linglung sehingga dibawa Lukman berobat dengan salah seorang paranormal di Desa Pondok Batu Mukomuko.
Namun demikian penyik Reskrim Polres Bengkulu tak gegabah langsung menyimpulkan An mengalami ganguan kejiwaan bila belum ada pemeriksaan oleh dokter di RS Jiwa. Rencananya, bila An yang saat ini masih menjalani perawatan medis di Mukomuko karena luka sayatan di nadi tangan kanannya telah pulih, akan dilakukan pemeriksaan. Terkait kasus penganiayaan berat yang menyebabkan Mahendra tewas dan adiknya, Ragil kritis.
Dan bila selama pemeriksaan An menunjukkan hal-hal yang janggal barulah dibawa ke RSJKO Bengkulu untuk observasi kejiwaan. Hasil pemeriksaan dokter kejiwaan akan menjadi pegangan polisi untuk memproses An secara hukum lebih lanjut atau tidak.
"Nanti kita akan memeriksa kejiwaan dia (An, red) setelah kondisi yang bersangkutan banyak kehilangan darah akibat menyayat nadi tangannya itu, sudah kembali pulih," ujar Kapolres Mukomuko AKBP Wisnu Widarto, SIK saat menghadiri acara pemakaman Mahendra, (1/3).
Sebelumnya An dari Mukomuko sempat dilarikan ke RS Bhayangkara Jitra Bengkulu, Rabu (29/2) malam. Namun kemarin pagi sekitar pukul 06.10 WIB, setelah petugas medis mengobati luka di tangannya, An kembali dibawa polisi ke Mukomuko. Polisi masih merahasiakan lokasi An dirawat di Mukomuko, guna mengantisipasi terjadinya hal-hal tak dinginkan. Salah satunya kemungkinan amuk massa yang sangat geram akan kesadisan An yang tega menganiaya anak-anak bawah umur yang tak punya salah apa-apa.
Dikatakan Kapolres, polisi belum bisa memberikan banyak informasi terkait pengusutan kasus ini. Sebab Ad belum bisa ditanyai. Begitu juga dengan keluarga korban yang saat ini masih dalam suasana berkabung atas meninggalnya Mahendra. "Untuk proses hukumnya kita tunggu pelaku normal dulu. Kalau saat ini kita belum bisa banyak memberikan informasi," katanya.
Polisi kembali melakukan olah TKP di kebun sawit belakang rumah korban. Polisi mencari benda-benda yang digunakan oleh Ad untuk menganiaya korban. Sejauh ini polisi sudah menemukan kayu yang digunakan untuk memukul korban. "Kayu yang dipakai pelaku memukul korban sudah kita amankan sebagai barang bukti," kata Kasat Reskrim Polres Mukomuko AKP. Laba Meliala, S.Ik
Sementara An dari informasi didapati RB, saat ini berangsur pulih. Sudah mampu berdiri dan berjalan untuk mengambil minuman atau makanan yang disediakan petugas. Namun infuse masih tetap dipasang di salah satu dari tangannya yang diborgol. Borgol di tangan An hanya dilepaskan jika ia ingin makan, minum dan juga ke kamar kecil yang berada di depan kamar perawatan. Polisi bersiaga tepat di kamar terduga kuat pembunuh sadis itu.
Tak ada keluarga yang menjenguk An. Untuk makan dan minum disediakan khusus oleh petugas kesehatan. Sejauh ini An belum menyadari kalau keponakannya Mahendra telah terbunuh oleh tangannya sendiri. Dia sering menanyakan pada petugas polisi yang menjaga bagaimana keadaan Mahendra.
"Kita masih menunggu kondisi kesehatan Ad terlebih dulu. Kita lihat perkembangan dalam satu dua hari ini. Kemudian kita akan melakukan pemeriksaan. Sejauh ini barang bukti yang kita amankan baru berupa kayu dan baju yang penuh noda darah," jelas Kasat Reskrim ketika dihubungi.
Tetangga korban, Yon Bangun orang pertama yang menemukan tubuh Mahendra tergeletak tak bernyawa pada malam kejadian (29/2) pukul 18.45 WIB, menuturkan sedikit tentang kronologis kejadian. Dari keterangan yang ia peroleh, sore sebelum kejadian, ibu korban sempat menegur An yang membawa parang ke belakang. Waktu ditanya, An menyebutkan ingin membersihkan kebun sawit. Diperkirakan saat itu An juga membawa kedua korban (Mahendra dan Ragil) ikut bersamanya ke kebun.
Selang tak berapa lama Ad kembali pulang dan lantas tidur. Saat itu sudah pukul 17.00 WIB keluarga korban mulai resah karena Mahendra dan adiknya Ragil tak kunjung pulang ke rumah. Sebagai tetangga dekat dan masih mempunyai hubungan keluarga Oyon Bangun pun ikut mencari. Posisi awal keberadaan korban diketahui berkat penerawangan orang pintar Bambang yang kebetulan juga tempat Ad berobat.
Hasil penerawangan Bambang kedua korban tidak jauh dari lokasi rumah berada di sekitar dapur mengarah ke arah pasar. Sehingga warga pun mencari keberadaan kedua bocah bersaudara itu ke arah belakang rumah. Hampir dekat dengan posisi kedua korban, terdengar suara tangis Ragil yang memanggil ibunya. Dari situlah akhirnya ditemukan jasad Mahendra dan tubuh Ragil yang sudah sangat lemas dengan sejumlah cedera memar serta luka di kaki.
"Saat itu saya lihat Ragil masih bernapas dan sudah dibawa oleh warga lainnya yang bersama dengan saya tiba di lokasi itu. Sedangkan saya langsung mengendong Mahendra yang sudah kaku. Banyak darah keluar dari hidung dan mulut Mahendraa. Darahnya mengalir ke bahu baju saya. Saya sudah yakin dia sudah meninggal saat itu," kata Oyon Bangun, tetangga korban, karyawan PT Agromuko ini.
Bersama Lukman ayah korban Oyon Bangun membawa Mahendra ke RSUD Mukomuko menggunakan sepeda motor. Sepanjang jalan Lukman tak henti-hentinya menanyakan kondisi Mahendra. "Tak tega saya bilang jika Mahendra sudah meninggal. Sehingga saya putuskan mengatakan Mahendra masih bernapas. Di RSUD dokter yang menangani langsung mengabarkan saya bahwa Mahendra memang telah meninggal. Saya pun langsung mengabarkan pada Lukman yang saat itu tengah melihat dokter menjahit luka di kaki Ragil," tuturnya.
Tak banyak yang tahu sosok An yang memang baru 3 hari tinggal di Kota Mukomuko. An merupakan karyawan PT DDP di Kecamatan Ipuh. "Saya awalnya juga tidak tahu bagaimana wajah An. Yang rupanya juga ikut mencari korban. Tahunya saya sewaktu di RSUD An ditemukan polisi ingin bunuh diri tak jauh dari lokasi kejadian.
Dibagian lain, Sekda Mukomuko BM Hafrizal prihatin akan kejadian berdarah yang menggemparkan warga Mukomuko. Bagaimana tidak seorang paman tega menganiaya keponakannya hingga tewas. Sehingga ini harus menjadi pelajaran tersendiri bagi warga. Untuk tidak begitu saja percaya pada orang lain. "Kita mengimbau pada seluruh warga untuk bisa selalu waspada," katanya.
Ditambahkan Junaidi terbilang paman korban dari pihak ibunya, kejadian ini membuat keluarga mereka terpukul. Bagaimana tidak Mahendra meninggal, adiknya Ragil saat ini tengah berjuang hidup di rumah sakit Sumatera Barat. "Dalam perjalanan menuju Sumbar kemarin malam kesehatan Ragil sudah mulai membaik. Suhu tubuhnya sudah normal. Serta sudah sadar dan mulai menangis memanggil ibunya," kata Junaidi.
Dikatakannya diduga setelah menganiaya keponakannya, An pulang ke rumah kakaknya Lukman yang tak lain ayah korban. Saat itu An pura-pura tidur. Ad juga bersama-sama warga lainnya mencari korban hingga akhirnya ditemukan. Tidak ada yang mengira jika An merupakan pelaku penganiayaan pada kedua keponakannya.
An mulai menghilang setelah kedua korban penganiayaan dibawa ke rumah sakit. Hingga akhirnya, An ditemukan dalam kondisi berdarah karena membunuh diri tak jauh dari lokasi kejadian.(del)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Uang Titipan Bos Disikat Maling
Redaktur : Tim Redaksi