Pelanggan rumahtangga dan perusahaan yang mengurangi pemakaian AC selama terjadinya gelombang panas serta mematikan peralatan eletronik lainnya seperti pompa kolam renang, akan mendapatkan kompensasi melalui suatu skema baru diumumkan Pemerintah Australia, Selasa (11/10/2017).

Pelanggan listrik di Victoria, Australia Selatan dan New South Wales (NSW) secara sukarela mengurangi penggunaan listrik mereka saat terjadinya permintaan tinggi dengan imbalan keuntungan seperti potongan tagihan listrik mereka.

BACA JUGA: Selidiki Medsos Calon Karyawan, Perusahaan Dianggap Langgar Privasi

Menteri Energi dan Lingkungan Josh Frydenberg menjelaskan pelanggan rumahtangga dapat dibayar $ 25 (sekitar Rp 250 ribu) setiap kali mematikan listriknya saat terjadi permintaan puncak, di samping penghematan dalam tagihan listriknya.

Namun kompensasi lainnya bisa mencakup pembebasan tagihan listrik dalam sehari atau voucher menonton film. Insentif ini akan tergantung pada masing-masing perusahaan penyedia jasa listrik yang berpartisipasi dalam ujicoba skema baru ini.

BACA JUGA: 60 Persen Warga Kembalikan Formulir Plebisit Pernikahan Sejenis

Pemerintah Federal menghabiskan hampir $ 30 juta (Rp 300 miliar) untuk mendanai skema ini sementara Pemerintah NSW menyumbang $ 7 juta.

Audrey Zibelman, kepala operator penyedia energi, menjelaskan tujuan skema ini untuk mengelola permintaan, bukannya untuk "membuat orang berkeringat di dalam rumah mereka".

BACA JUGA: Baru Bersalin, Serena Williams Ingin Pertahankan Gelar Australian Open

Dia mengatakan hal ini akan membuat sistem menjadi fleksibel untuk diatasi jika pasokan turun sementara, misalnya jika kekuatan angin menurun dan menghasilkan sedikit energi listrik.

Kalangan perusahaan yang mendaftar untuk skema ini akan memasang perangkat pemantauan untuk mengurangi penggunaan daya listrik pada peralatan seperti ruangan pendingin saat terjadinya gelombang panas yang mendorong tingginya permintaan.

Menteri Frydenberg menambahkan bahwa skema percontohan ini dapat menghemat daya listrik yang cukup untuk mendukung lebih dari 100.000 rumahtangga - sama seperti yang dihasilkan oleh pembangkit listrik ukuran kecil.

Dia mengatakan sistem tersebut sudah digunakan di negara lain termasuk Amerika Serikat dan Selandia Baru sebagai cara efektif dalam mengelola permintaan listrik dan lonjakan harga serta mencegah pemadaman.

Skema ini merupakan bagian dari peralihan lebih luas dalam mengelola permintaan dengan menggunakan meteran pintar di rumahtangga. Selain itu juga akan memudahkan orang melacak penggunaan daya listrik secara online dan memanfaatkan harga di luar periode puncak.

Menteri Energi negara bagian NSW Don Harwin membandingkan rencana tersebut dengan cara orang belajar mengurangi penggunaan air selama terjadinya kemarau panjang yang baru lalu.

"Hal ini bukan soal mematikan lampu atau membuat orang merasa tidak nyaman. Sebenarnya hanya bagaimana kian pintar menggunakan listrik, sama seperti kita kian pintar menggunakan air. Karena itu membuatnya lebih efisien dan lebih murah," kata Zibelman.

Dia menambahkan hal ini akan membuat sistem daya listrik lebih dapat diandalkan melalui kesadaran bahwa "akan terjadi panas, sistemnya akan tertekan, bisakah kita menggunakan energi lebih baik?" sedemikian rupa sehingga pelanggan pun "tidak menyadarinya".

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nandos Australia Minta Maaf Karena Ada Ulat Dalam Ayam Yang Disajikan

Berita Terkait