Pemerintah Diminta Segera Kembangkan Potensi Wisata Bukit Lawang dan Tangkahan

Sabtu, 02 Maret 2019 – 03:30 WIB
Salah satu objek wisata di Tangkahan, Sumut. Foto: Sumutpos

jpnn.com, MEDAN - Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengapresiasi keseriusan pemerintah pusat dalam menggenjot potensi wisata di Danau Toba menjadi Bali baru. Namun dia berharap, pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah pusat jangan cuma terfokus ke kawasan Danau Toba.

Karena diakuinya, Sumatera Utara masih memiliki banyak potensi pariwisata yang tak kalah dengan Danau Toba dan membutuh perhatian pemerintah juga.

BACA JUGA: Terminal Bandara Silangit Diperluas 5 Kali Lipat

Wahyu mencontohkan, seperti objek wisata Bukit Lawang dan Tangkahan di Kabupaten Langkat. Begitu juga dengan panorama alam di Pulau Nias. Menurutnya, kedua daerah ini memiliki objek wisata yang mampu menarik perhatian wisatawan mancangera (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus).

“Wisman saat ini lebih tertarik untuk pergi ke Langkat seperti Bukit Lawang dan Tangkahan karena ada wisata alam dengan hewan langka di sana, dan itu menjadi keunikan tersendiri. Termasuk ke Nias juga,” sebut Wahyu kepada Sumut Pos, Kamis (28/2) siang.

BACA JUGA: Dua Wisatawan Tenggelam di Perairan Nias Ditemukan Meninggal

Namun begitu, Wahyu tetap mendukung pembangunan kawasan Danau Toba, menjadi objek wisata kelas dunia. Apalagi, pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata sudah meluncurkan Calender of Even Danau Toba 2019 bertajuk ‘Celebrating Nature in Art’ sebagai bentuk dukungan terhadap aktivitas pariwisata di sana.

Wahyu juga mengungkapkan, unsur 3A penting dalam pariwisata yakni unsur Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas. Menurutnya, Aksesibilitas sejauh ini terus dibenahi oleh pemerintah. Terutama jalan menuju daerah Danau Toba baik jalur darat maupun udara. Namun menurutnya, unsure Atraksi juga menjadi hal yang tak kalah penting dalam menarik minat wisman dan wisnus.

BACA JUGA: Gempa Bumi Tektonik 5,2 SR Guncang Kabupaten Nias

“Karena kalau pariwisata hanya menjual keindahan alam, paling dua hari sudah bosan karena melihat pemandangan yang sama. Apalagi kalau yang sudah pernah ke sana, pasti kurang tertarik untuk datang kembali. Untuk itu, atraksi berperan penting dalam mendorong minat wisatawan,” ungkapnya.

Dia juga sepakat dengan Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, pemerintah daerah jangan pelit untuk promosi. Karena, atraksi atau even yang akan digelar untuk menarik minat wisatawan perlu disebarluaskan informasinya.

“Informasi kalender even harusnya ada di setiap pintu kedatangan penerbangan, hotel, restauran, mall. Kemudian, promosikan juga lewat media cetak maupun elektronik, tentu akan menarik perhatian masyarakat. Apalagi tahun lalu wisman yang datang ke Sumut menurun dibandingkan tahun 2017,” kata Dosen Fakultas Ekonomi USU itu.

Bukan itu saja, kunjungan wisatawan domestik juga sempat anjlok akibat adanya peristiwa kapal tenggelam dan longsor. “Makanya butuh promosi untuk menarik wisatawan ke even-even yang akan digelar di Danau Toba. Apalagi tahun ini Sumut ditargetkan untuk kunjungan wismannya mencapai 1 juta orang. Rasanya target ini memang sangat besar,” sebut Wahyu.

Selain even-even yang telah diagendakan dalam Calender of Even Danau Toba 2019, sebut Wahyu, kawasan Danau Toba harusnya juga digunakan untuk menyelenggarakan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) maupun kegiatan olah raga bertaraf nasional maupun internasional. “Untuk itu, harus ada kerja sama antara pemerintah, swasta dan masyarakat untuk mengusung kegiatan-kegiatan tersebut,” jelasnya.

Selama ini, sebutnya, hanya Bali dan kota-kota di Pulau Jawa saja yang menjadi tempat kegiatan MICE dan olah raga skala internasional dan nasional. “Bila target 1 juta kunjungan wisman tercapai, pasti dapat mendorong perekonomian masyarakat di daerah sekitar. Namun selama ini hanya berkisar 250 ribu hingga 300 ribu wisman saja,” sebutnya.

Wahyu juga menilai, peran Bandara Silangit yang telah menjadi bandara internasional selama dua tahun, belum begitu efektif. Apalagi, penerbangan dari luar negeri juga buka-tutup rute atau operasionalnya.

“Begitu juga dengan pembangunan infrastruktur, seperti jalan lingkar di Pulau Samosir. Memang sudah memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi Samosir yang cukup tinggi sekitar 5,5 persen. Namun, kemiskinan di sana masih cukup tinggi, karena pembangunan infrastruktur kurang melibatkan masyarakat setempat,” tandas Wahyu.(prn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pencarian Dihentikan, 3 Korban Longsor Nisel Belum Ditemukan


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler