JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik mengatakan saat ini pemerintah memiliki beberapa opsi terkait subsidi bahan bakar (BBM). Namun, ia enggan membeberkan opsi itu karena masih menunggu waktu yang tepat.
"Ada beberapa opsi. Tunggu saja, sabar. Yang jelas semua sepakat subsidi BBM yang lebih dari Rp300 triliun itu terlalu tinggi. Semua sepakat, itu harus diturunkan. Masalahnya bagaimana menurunkannya, itu yang masih menjadi soal," ujar Jero di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/4).
Menurutnya, terkait kebijakan BBM ini pemerintah tentu akan memikirkan efek sosialnya terutama pada warga miskin. Ia mengaku tak ingin terburu-buru mengumumkan kebijakan terkait BBM, karena harus mempertimbangkan dampak maupun memilih opsi terbaik.
"Masyarakat tenang saja, kami pasti memikirkan efek sosialnya. BBM harus hati-hati, biarkan kami hitung, beri kami waktu untuk menghitung. Walaupun nanti ada perubahan, cukup terkelola, dan rakyat golongan menengah ke bawah ini tidak terlalu keras kena impactnya," papar Jero.
Menurut Jero saat ini pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi kebutuhan terhadap pemanfaatan BBM. Di satu sisi, Indonesia bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik. Namun, di sisi lain, tuturnya, jumlah pembeli maupun kepemilikan kendaraan semakin banyak sehingga membutuhkan persediaan BBM lebih banyak lagi. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhitungkan kebijakan terbaik agar seimbang untuk semua kalangan.
"Pertambahan orang beli mobil dan motor ini banyak sekali. Karena ekonomi membaik. Ini nikmat membawa sengsara. Ada pertumbuhan ekonomi, ekonomi masyarakat banyak yang membaik, yang tadinya motor beli mobil. Yang tadinya punya mobil satu terus beli dua, buntutnya di BBM," pungkas Jero. (flo/jpnn)
"Ada beberapa opsi. Tunggu saja, sabar. Yang jelas semua sepakat subsidi BBM yang lebih dari Rp300 triliun itu terlalu tinggi. Semua sepakat, itu harus diturunkan. Masalahnya bagaimana menurunkannya, itu yang masih menjadi soal," ujar Jero di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/4).
Menurutnya, terkait kebijakan BBM ini pemerintah tentu akan memikirkan efek sosialnya terutama pada warga miskin. Ia mengaku tak ingin terburu-buru mengumumkan kebijakan terkait BBM, karena harus mempertimbangkan dampak maupun memilih opsi terbaik.
"Masyarakat tenang saja, kami pasti memikirkan efek sosialnya. BBM harus hati-hati, biarkan kami hitung, beri kami waktu untuk menghitung. Walaupun nanti ada perubahan, cukup terkelola, dan rakyat golongan menengah ke bawah ini tidak terlalu keras kena impactnya," papar Jero.
Menurut Jero saat ini pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi kebutuhan terhadap pemanfaatan BBM. Di satu sisi, Indonesia bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik. Namun, di sisi lain, tuturnya, jumlah pembeli maupun kepemilikan kendaraan semakin banyak sehingga membutuhkan persediaan BBM lebih banyak lagi. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhitungkan kebijakan terbaik agar seimbang untuk semua kalangan.
"Pertambahan orang beli mobil dan motor ini banyak sekali. Karena ekonomi membaik. Ini nikmat membawa sengsara. Ada pertumbuhan ekonomi, ekonomi masyarakat banyak yang membaik, yang tadinya motor beli mobil. Yang tadinya punya mobil satu terus beli dua, buntutnya di BBM," pungkas Jero. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Potensi Listrik PLTA Indonesia 75 Gigawatt
Redaktur : Tim Redaksi