jpnn.com - JAKARTA - Pakar hukum tata negara Margarito Kamis mengatakan, pemimpin yang sesungguhnya adalah orang-orang yang bisa melihat kebenaran dari musuhnya. Menurutnya, orang yang hanya bisa melihat kebenaran berdasarkan versi sendiri berarti bukan pemimpin tetapi penguasa
"Apakah penguasa atau presiden itu pemimpin? Atau sebaliknya, pemimpin itu otomatis penguasa atau presiden? Untuk memastikannya dalam perspektif kenegaraan harus kita lihat apakah dia itu punya kemampuan melihat kebenaran dari musuhnya," kata Margarito dalam diskusi 'Etika Pemimpin Dalam Politik' di Jakarta, Kamis (26/6).
BACA JUGA: Kasus Century Disebut Untuk Menyenangkan DPR
Menurut Margarito, kemampuan untuk melihat sebuah kebenaran dari musuh bisa dilakukan karena kepekaan terhadap etika. Menurutnya, kepekaan itu justru bukan karena dasar hukum.
"Penguasa akan menjadikan hukum formil sebagai landasan keputusannya. Sementara pemimpin akan menggunakan kepekaan dan etik untuk jadi dasar tindakannya. Kepekaan dan etik itu merupakan senjata yang paling terpuji untuk membangun sebuah kepatuhan berbangsa dan bernegara," tegasnya.
BACA JUGA: Penggiat Antinarkoba Kaltim dan Sukoharjo dapat Penghargaan dari Wapres
Dia contohkan, kepala daerah sering berkilah tidak memiliki dana untuk membantu korban bencana banjir. Akibatnya, korban banjir pun menjadi telantar.
"Kebijakannya pasti membiarkan korban banjir dengan berbagai bermasalahan yang ada. Tapi seorang pemimpin yang kepekaan dan etiknya kuat akan menggunakan anggaran lain untuk menolong korban bencana banjir. Bahwa pada akhirnya dia dipenjara, itu soal lain lagi," ujar Margarito.(fas/jpnn)
BACA JUGA: KPK Pastikan tak Tangani Kasus Transjakarta
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ade Rahardja Bantah Terima Duit Terkait Hambalang
Redaktur : Tim Redaksi