jpnn.com, MATARAM - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat tak mau berspekulasi soal varian baru virus corona.
"Kami tidak bisa bicara dugaan, karena itu akan menimbulkan keresahan," kata Asisten III Setda NTB dr Hj Nurhandini Eka Dewi beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Varian Baru Corona Masuk Mojokerto Jenis B117, Dinkes Jatim: Pasien Sudah Sembuh
Eka menerangkan, Pemprov NTB memang sudah mengirim sejumlah sampel hasil tes usap.
Sampel diambil dari pasien positif Covid-19 dengan kriteria tertentu.
BACA JUGA: Begini Penjelasan Kemenkes Soal 3 Varian Baru dari Mutasi Covid-19 di Indonesia
Misalnya pasien dengan tingkat kesakitan cukup parah hingga mereka yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.
Sampel tersebut dikirim sekitar medio Februari hingga Maret ke Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
BACA JUGA: 13 Awak Kapal Asing Positif Covid-19 Masuk Jateng, Ini Reaksi Pak Ganjar
”Sampel yang dikirim itu bukan hanya dari satu daerah, bukan juga dari NTB saja. Namun, dari seluruh provinsi di Indonesia,” tutur Eka seperti dikutip dari Lombok Post.
Ada 17 laboratorium yang ditunjuk Kemenkes untuk menguji sampel dari setiap daerah.
Dengan teknik sekuensing DNA dibutuhkan waktu tidak sebentar.
”Sampel yang kami kirim itu belum keluar sampai sekarang. Kalau (kasus) yang di Bali, itu baru dikirim dua bulan lalu dan resmi dirilis Kemenkes,” ujar Eka.
Karena itu, saat ini NTB juga masih menunggu rilis dari Kemenkes terkait adanya varian Covid-19 baru di NTB.
”Ingat, kami tidak bicara dugaan, itu menimbulkan keresahan. Kami tunggu dulu hasil dari Litbangkes, buktinya dari sana. Sampel NTB itu diperiksa di sana,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan NTB ini.
Terlepas dari itu, Eka menyebut masyarakat tetap harus waspada. Apalagi varian baru dari Inggris, Afrika Selatan, hingga India sudah masuk ke Indonesia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan NTB dr H Lalu Hamzi Fikri mengatakan, penularan covid dari varian baru cukup mengkhawatirkan.
Dia meminta masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Cepat menular. Apalagi kalau tidak ada prokes banyak berkerumun tanpa menggunakan masker,” kata Fikri.
Bukti ganasnya varian tersebut, kata Fikri, terdapat di India. Saat ini India memang dilanda krisis. Terjadi tsunami covid.
Ditandai meledaknya kasus covid dengan jumlah ratusan ribu orang dalam beberapa hari terakhir. Begitu juga kasus kematian dengan persentase satu menit terdapat satu orang yang meninggal akibat Covid-19 di India.
Fikri mengatakan, tahun lalu banyak orang menyepelekan virus corona. Apalagi virus itu muncul pertama kali di Wuhan, Tiongkok yang jaraknya jauh dari Indonesia.
“Namun, terjadi juga kasus di Indonesia, NTB juga kena. Karena itu, jangan lagi berpikir bahwa kasus ini masih jauh,” tutur Fikri. (dit/r5)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Adek