Penangkapan Guru Terduga Teroris, Partai Garuda: Perlu Hotline Khusus untuk Melapor

Selasa, 18 Oktober 2022 – 17:37 WIB
Wakil Ketua Umum Partai Garuda menyebut pemerintah perlu menyediakan pusat mengaduan atau hotline untuk dugaan penyebaran paham terorisme di masyarakat. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Garuda menyebut pemerintah perlu menyediakan pusat mengaduan atau hotline untuk dugaan penyebaran paham terorisme di tengah-tengah masyarakat.

"Bukan melalui kemendikbud, tetapi melalui pihak kepolisian. Orang tua murid bisa melaporkan sehingga aparat bisa langsung bertemu dengan orang tua murid untuk investigasi awal. Tentu saja data orang tua disembunyikan demi kenyamanan dan keamanan," ungkap Teddy di Jakarta, Selasa (18/10).

BACA JUGA: Partai Garuda Sebut Penyebar Isu Ijazah Palsu Jokowi Bisa Diproses Hukum

Seperti diketahui, seorang guru SD di Sampang, Madura ditangkap karena terduga teroris. Polisi menemukan buku-buku tentang terorisme dan paham radikal.

"Tentu ini sangat mengkhawatirkan, karena guru adalah orang yang dipercaya oleh murid-muridnya, sehingga murid mudah dicekoki dengan ajaran-ajaran radikalisme," ujar Jubir Partai Garuda itu.

BACA JUGA: Partai Garuda: Tragedi Kanjuruhan Jangan Dipolitisasi

Menurut Teddy, kekhawatiran masuknya paham radikal oleh pendidik tidak bisa dipungkiri.

Sebab, anak-anak bisa saja dicekoki dengan kebencian terhadap perbedaan melalui guru.

BACA JUGA: Partai Garuda Nilai Skandal Korupsi Lukas Enembe Sudah Terlalu Banyak Bumbu

"Orang tua paling hanya memindahkan anaknya atau terus mewanti-wanti anaknya agar waspada di sekolah. Tidak sehat jadinya," ungkapnya.

Oleh karena itu, menyisipkan paham radikal bukan pelanggaran biasa, tetapi pelanggaran luar biasa yang efeknya sangat besar.

"Mengajarkan generasi muda untuk berfikir dan melakukan tindakan radikalisme, pintu masuknya melalui hal yang sakral yaitu agama dan lembaga pendidikan, sehingga sangat mudah diterima anak-anak," kata Teddy.

Teddy pun meminta cara melaporkan pelanggaran tersebut harus dibuat simpel, karena tidak semua orang tua melek teknologi.

"Maka, cukup informasikan bahwa ada dugaan ajaran radikalisme, aparat berpakaian biasa menyambangi orang tua, untuk menggali informasi," tegas Teddy. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler