jpnn.com, KABUL - Seorang penari hip-hop Afghanistan tidak yakin bisa memiliki kesempatan melarikan diri dan takut dirinya akan dibunuh oleh Taliban.
Ketakutan itu muncul setelah kurang dari satu pekan Amerika Serikat mundur dari Kabul. Dia khawatir dicari Taliban akibat menjadi penari hip-hop.
BACA JUGA: Australia Tolak Berikan Visa kepada Mantan Satpam Kedutaan Besarnya di Afghanistan
“Hip-hop adalah budaya barat. Ini (budaya) Amerika. Mereka membenci itu,” kata pengajar dan koreografer berusia 27 tahun itu, yang minta identitasnya untuk disembunyikan karena takut akan adanya pembalasan.
“Dua puluh tahun yang lalu, jika seseorang kedapatan aktif di situasi seperti ini mereka akan dipenggal atau ditembak mati,” katanya pada Reuters melalu panggilan video, merujuk pada pertama kalinya Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 hingga 2001.
BACA JUGA: China Bermimpi Meniru Taliban, Taiwan Bisa Bernasib Seperti Afghanistan?
Dengan sekelompok penari lainnya, termasuk dua orang perempuan, dia telah mengajar tarian street dance dan tampil di berbagai acara di Afghanistan dan India.
Namun di bawah kekuasaan Taliban, yang melarang pemutaran musik pada masa kekuasaan pertamanya, tarian semacam itu akan dilarang.
BACA JUGA: Mesra dengan Taliban, China Bakal Dapat Banyak Proyek di Afghanistan
Taliban mengatakan akan menghormati hak-hak perempuan dan kelompok minoritas, tetapi banyak warga Afghanistan yang meragukan hal tersebut dan menakuti para musuh-musuh lama akan dikumpulkan.
“Saya akan berusaha semampu saya untuk pergi ke bandara dan terbang menggunakan pesawat. Itu akan menjadi keajaiban, akan menyelamatkan hidup saya,” kata penari tersebut.
Dia juga adalah seorang anggota dari minoritas etnis Hazara yang telah lama ditargetkan oleh para militan termasuk Taliban dan kelompok Negara Islam, atas kepercayaan beragama dan etnis mereka.
Dia berharap bisa dapat pergi ke Spanyol, di mana saudaranya tinggal. Seluruh anggota kelompok tarinya telah meninggalkan Afghanistan.
Namun, dia belum berhasil untuk menemukan jalur yang aman.Dalam salah satu pengangkutan udara terbesar yang pernah ada, Amerika Serikat dan sekutunya telah mengevakuasi lebih dari 70.000 orang, termasuk warga negara mereka dan warga Afghanistan yang berada di bawah risiko, sejak 14 Agustus, sehari sebelum Taliban menyerbu ibu kota Kabul untuk mengakhiri kehadiran militer asing selama 20 tahun.
Puluhan ribu warga Afghanistan yang takut akan penganiayaan telah memadati bandara Kabul sejak pengambilalihan Taliban, berharap untuk mendapatkan kursi penerbangan.
"Saya memiliki firasat yang sangat buruk bahwa saya tidak akan berhasil keluar dari sini," ucapnya.(rtr/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia