Penasehat Panglima TNI Ini Dipuji Sekaligus Dikritik

Minggu, 21 September 2014 – 21:45 WIB
Dato Sri Tahir. JPNN.com

JAKARTA – Pengangkatan Dato Sri Tahir menjadi Penasehat bidang Kesejahteraan Prajurit Panglima TNI menuai kontroversi. Siapa sebenarnya sosok konglomerat pemilik jejaring bisnis Mayapada Grup  yang pernah dinobatkan '48 Heroes of Philanthropy' versi majalah Forbes?
                
“Saya lahir dari keluarga miskin. Ketika memiliki tabungan, maka wajar kalau saya mesti melihat ke belakang dan banyak orang yang tidak seberuntung saya," kata Tahir dalam keterangan pers yang diterima, Minggu (21/9) malam.
                
Dato memang tak terlalu familiar di telinga publik. Namanya mulai dibicarakan ketika mendatangkan Bill Gates ke Indonesia. Lewat lembaga filantropisnya, Bill and Melinda Gates Foundation, Bill membawa sumbangan jutaan dollar yang didedikasikannya mengatasi  lima masalah kesehatan di Indonesia yaitu malaria, TBC, HIV-AIDS, demam berdarah, dan Keluarga Berencana.
                
Lewat lembaga Tahir Foundation, Dato banyak menggelontorkan dana bantuan seperti bekerjasama dengan menyumbang USD 100 juta atau setara Rp 1,1 triliun ke lembaga donor milik Bill. Kemudian, Bill and Melinda Gates Foundation melipatgandakan sumbangan itu.
                
Pola amal itu merupakan bagian dari program match plan yang ditawarkan yayasan amal milik orang terkaya di dunia itu. Artinya sumbangan dari Tahir dilipatgandakan menjadi USD 200 juta. Donasi itu 75 persennya diperuntukan memerangi penyakit malaria, TBC, dan HIV di Indonesia.
               
Tahir ternyata bukan orang yang ujug-ujug kaya. Ia bukan pewaris kekayaan dari orang tuanya. Bahkan, Tahir berasal dari kalangan orang tak punya. Ayahnya hanya seorang pembuat becak di Surabaya yang banting tulang membesarkan anak-anaknya.
                
Tahir muda, pernah punya cerita pahit. Cita-citanya yang ingin jadi dokter kandas, karena sang ayah didera sakit. Ia pun balik badan mengambil alih usaha keluarga. Dan, kini Tahir menjadi orang sukses. Bahkan, Tahir pernah tercatat sebagai orang paling tajir di Indonesia urutan ke 12.
                
Tapi, kekayaan yang melimpah, tak membuat Tahir hidup semata di menara gading kesuksesannya. Justru lewat kekayaannya, ia tak segan mengulurkan tangan. Tidak banyak publikasi, ia getol menyumbang. Kedermawanannya memang tak lepas dari latar sejarahnya yang penuh liku.
                
Untuk fokus dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, Tahir pun memutuskan ''pensiun' dari kegiatan bisnisnya. Ia sudah berkomitmen untuk menjadi pegiat sosial. “Saya ingin fokus di bidang sosial dan kemanusiaan," kata Tahir, pria kelahiran 26 Maret 1952 itu.
                
Bank milik Tahir, Mayapada Bank adalah salah satu bank yang berhasil bertahan di saat badai krisis menerpa Indonesia pada akhir 1990-an. Padahal ketika itu, bank-bank swasta kelas kakap rontok.
                
Ketika itu, Bank Mayapada memang tak begitu jor-joran memberi kredit pada sektor properti, tapi fokus kepada pemberdayaan usaha kecil menengah. Lewat Bank Mayapada, Tahir terus memompa semangat masyarakat untuk berwirausaha. ”Bisnis bagi saya  adalah sarana untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama," kata Tahir.
                
Karena kedermawanannya itu pula, Tahir banyak mendapat penghargaan. Bill Gates memujinya sebagai filantropis fenomenal. Tapi kini karena niatnya mendermakan pundi untuk 1000 rumah prajurit, Tahir mendapat hujan kritik. Karena kedermawanannya, Tahir pun dipuji sekaligus dikritik. (boy/jpnn)

BACA JUGA: Usulkan Megawati Pimpin PDIP Lagi Jadi Bukti Jokowi Tak Ingkar Janji

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Harus bisa Rangkul KMP


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler