Penculik Harus Dihukum Mati

Jaksa Siapkan Pasal yang Pas

Sabtu, 11 Mei 2013 – 14:36 WIB
CLEVELAND - Investigasi terhadap Ariel Castro berlanjut. Satu demi satu fakta mengerikan di balik penculikan yang menggemparkan Amerika Serikat (AS) itu mulai terkuak. Karena banyaknya kekejian yang dia lakukan, tim jaksa penuntut bersiap menjerat pria 52 tahun tersebut dengan pasal yang mengandung hukuman mati.
   
"Hukuman mati akan menjadi hukuman paling tepat bagi mereka yang melakukan serangkaian aksi kejahatan serius seperti ini," tegas Timothy McGinty, salah seorang jaksa penuntut, Kamis waktu setempat (9/5). Selain menculik, menyekap, dan meneror tiga korbannya, Castro pernah memaksa salah seorang korban untuk menggugurkan kandungannya.
   
Dalam kesaksiannya di hadapan polisi, Michelle Knight, salah seorang korban Castro, mengaku lima kali keguguran. Itu disebabkan mantan sopir bus sekolah tersebut menganiaya dia secara fisik dan mental. "Saya dibuat kelaparan selama sekitar dua pekan. Dia juga berkali-kali meninju perut saya ketika saya hamil. Dia sengaja melakukan itu agar saya mengalami keguguran," ungkap perempuan 32 tahun itu.
   
Knight juga mengaku dipaksa menangani kelahiran Jocelyn, putri Amanda Berry. Saat itu, Castro mengancam akan membunuh dia jika bayi yang lahir dari rahim Berry sampai meninggal dunia. "Bayi Berry sempat berhenti bernapas beberapa saat setelah lahir. Saya pun langsung memberikan bantuan pernapasan dari mulut ke mulut kepada bayi perempuan itu," paparnya kepada polisi.
   
Dalam keterangan terpisah, Berry mengatakan bahwa Castro memaksa dirinya melahirkan sang putri di kolam plastik untuk anak-anak. Dengan melahirkan di kolam plastik, menurut perempuan 27 tahun itu, si penculik tidak perlu repot membersihkan lantai dari noda darah. Saat hamil sampai melahirkan, Berry mengaku tidak pernah dibawa ke dokter. Demikian juga Jocelyn yang kini berumur enam tahun.
   
"Harus kita akui bahwa masih ada penjahat brutal seperti ini di tengah-tengah masyarakat kita," kata McGinty setelah membaca detail penculikan tersebut. Menurut dia, Castro adalah jenis manusia yang tidak memiliki rasa belas kasihan atau perikemanusiaan. Oleh karena itu, dia dan timnya bakal menjerat Castro dengan pasal berlapis. Jumlah pasal yang dia siapkan, kabarnya, ratusan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan Castro menghadapi ribuan pasal.
   
Pada awal penyekapan, Berry dan Knight serta Gina DeJesus mengaku diikat di lantai dasar. Tetapi, setelah itu, Castro mengurung mereka bertiga di lantai 2. Selama disekap, tiga perempuan yang diculik sendiri-sendiri tersebut tidak bisa banyak bergerak karena tangan mereka hampir selalu terikat. Ada kalanya, ikatan pada tangan mereka dilepas dan Castro sengaja membiarkan pintu tidak terkunci. Tetapi, menurut Berry, itu hanya jebakan. Castro hanya ingin menguji tiga korbannya.
   
Oleh karena itu, Senin lalu (6/5) saat melihat pintu rumah tidak terkunci, Berry sempat ragu. Dia ingin melarikan diri, tapi khawatir Castro hanya menjebak mereka. Sebab, jika si penculik tahu salah seorang korbannya berusaha kabur, dia akan sangat marah. Dampaknya, tiga perempuan nahas tersebut harus menerima lebih banyak siksaan dan penganiayaan dari penculik keji yang selalu merayakan hari penculikan dengan membagikan kue itu.
   
Selama disekap, Berry mengaku hanya dua kali keluar rumah di bawah pengawasan ketat Castro. Itu pun hanya ke garasi rumah. Maka, saat bisa kabur Senin lalu, dia mengaku bingung karena tidak tahu harus lari ke mana. Tetapi, dia lantas berlari ke rumah tetangga Castro dan menelepon 911. Tak lama kemudian, polisi datang dan menyelamatkan Knight, DeJesus, serta Jocelyn. Begitu keluar dari rumah Castro, para korban langsung dilarikan ke rumah sakit. (AP/AFP/theweek/hep/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Tangkap Tamu Bugil

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler