Pencurian Terbanyak, Diikuti Pencabulan

Rabu, 06 November 2013 – 11:44 WIB

ANAK di lingkungan lokalisasi cenderung bertindak pidana untuk mendapatkan uang. Karena itulah, rata-rata kejahatan mereka lebih banyak berkutat pada perampasan dengan kekerasan (ancaman) dan pencurian.

Surabaya Children Crisis Center (SCCC) yang sering mendampingi anak-anak lokalisasi karena tersangkut kasus pidana merilis, selama 2013 ini ada sebelas anak yang tersangkut kasus pidana. Jika dirata-rata, setiap bulan ada satu anak yang bertindak pidana.

Tujuh di antara jumlah tersebut tersangkut kasus pencurian. Baik pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan, maupun pencurian dengan kekerasan serta ancaman kekerasan. ''Rata-rata bermotif ekonomi,'' kata Sekretaris SCCC Muhammad Umar.

Menurut dia, motif ekonomi paling dominan karena kebanyakan anak di sana dilatih untuk butuh uang sejak kecil. Uang itu digunakan untuk kepentingan yang tidak berkaitan dengan dunia anak-anak. Misalnya, membeli rokok serta miras. Ada juga yang digunakan untuk membayar PSK. Termasuk, menyamakan status dengan teman seusianya seperti menenteng handphone.

Nah, kebutuhan tersebut tidak mungkin dipenuhi orang tua mereka. Padahal, sejak belia mereka terbiasa merokok, meminum miras, sampai yang ketagihan tidur bersama PSK. Saat kebutuhan itu tidak terpenuhi secara normal, mencuri adalah satu-satunya jalan. ''Minta uang ke orang tua untuk beli miras, jelas nggak dikasih,'' ucapnya.

Hal itulah yang memicu anak-anak bertindak kejahatan. Parahnya, saat mengetahui hal itu, orang tua mereka tidak begitu peduli terhadap nasib anaknya yang sedang diproses hukum. 

Pencurian tersebut sering dilakukan di lingkungan lokalisasi. Apalagi, kawasan tersebut dikunjungi banyak pendatang sehingga ramai setiap hari. Tapi, ada juga yang beraksi di tempat lain. Namun, muaranya di lingkungan lokalisasi juga. 

Selain pencurian, anak-anak melakukan pencabulan. Kecenderungan itu bukan hal aneh karena setiap hari mereka disuguhi PSK yang sering berbaju minim dan menonjolkan anggota tubuhnya. Yang mengenaskan, meski berstatus anak-anak, mereka sudah tertarik untuk berhubungan badan.

Anak yang tidak kuat membayar PSK biasanya memanfaatkan pacarnya sebagai sasaran. Ketika si pacar hamil, dia akhirnya dilaporkan ke polisi oleh orang tua korban dan diproses hukum. ''Ujung-ujungnya, anak itu dipenjara,'' ucap Umar.

Bukan hanya itu, ada juga remaja perempuan yang ketika sekolah justru melakoni pekerjaan sebagai mucikari. Misalnya, yang dilakukan VA, 15, yang memasarkan teman sesama sekolahnya. Dia juga pernah tinggal di kawasan Dolly. (eko/end/mas)

BACA JUGA: Tembak Sekuriti, Brimob Seharusnya Ngandang di Markas

BACA ARTIKEL LAINNYA... Maling Sapi, Sepasang Pengantin Anyar Urusan dengan Polisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler