jpnn.com, JAKARTA - Ketua Forum Honorer Nonkategeri Dua Persatuan Guru Honorer Republik Indonesia (FHNK2I PGHRI) Jawa Barat Candra Permana mengungkapkan masalah yang dihadapi kawan-kawannya saat melakukan pendaftaran PPPK 2021.
Salah satu permasalahannya adalah mengenai guru honorer yang di sekolah induknya tidak ada formasi dan harus memilih ke sekolah lain.
BACA JUGA: Banyak Guru Honorer Berijazah S1 & Punya Serdik Belum Bisa Mendaftar PPPK 2021
"Pengalaman saya saat mendaftar ke sekolah lain awalnya berjalan lancar tanpa ada kendala apa pun bahkan sudah tahap resume," ungkap Candra kepada JPNN.com, Kamis (22/7).
Dia melanjutkan, permasalahan terjadi saat tombol reset muncul yang disusul surat edaran dari Dirjen GTK Kemendikbudristek terkait dengan penggunaan tombol reset.
BACA JUGA: Ingin Mendaftar PPPK 2021, Honorer K2 Tenaga Teknis Menunggu Mukjizat
Candra mengaku langsung mencari informasi secara manual untuk mengetahui apakah formasi di sekolah yang dia pilih, guru honorernya sudah mendaftar semuanya atau belum.
Sebab, disebutkan dalam PerrmenPAN-RB Nomor 28 Tahun 2021 pasal 29 ayat 2 poin a, b, dan c bahwa jika formasi di sekolah tersebut sudah diisi penuh oleh guru honorer maka tidak bisa dilamar dari sekolah lain.
BACA JUGA: Moeldoko: Anda Tidak Cerita pun, Saya Sudah Tahu
"Ketika saya harus mengganti sekolah pun saya masih kebingungan bagaimana cara untuk mengetahui sekolah tersebut masih ada sisa kuota atau belum karena di sistem tidak dimunculkan informasi sekolah mana yang masih ada sisa kuota dan sekolah mana yang sudah penuh," bebernya.
Dia berharap permasalahan tersebut bisa dicarikan solusinya oleh pemerintah. Sebab, belum ada fitur informasi mengenai sekolah mana yang masih ada sisa kuota dan sudah penuh diisi oleh guru di sekolah induknya. Apalagi tombol reset hanya digunakan satu kali.
"Kami harus memilih dulu sekolah mana yang masih ada sisa kuota dan sudah penuh. Sedangkan pada sistem di SSCASN belum disediakan fitur tersebut," tandasnya.
Dia menjelaskan, kalau sudah menekan tombol reset kemudian memilih sekolah lain yang baru tersebut dan ternyata di sekolah yang baru dipilih pun sudah diisi penuh oleh guru honorer di sekolah induk tersebut.
"Kami harus bagaimana. karena hal tersebut bisa berpotensi merugikan guru honorer yang di sekolah induknya tidak ada formasi dan harus memilih ke sekolah lain," pungkasnya. (esy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad