Pendukung Ahok-Djarot Kurang Militan, Bagaimana Usung Jokowi 2019?

Jumat, 21 April 2017 – 16:50 WIB
Presiden Joko Widodo. Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Suhu politik di DKI Jakarta langsung menurun begitu hasil quick count sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan Anies-Sandi menang dengan selisih suara signifikan.

Pasangan Ahok-Djarot yang diusung oleh partai-partai politik pendukung pemerintah, yakni PDI-P, Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP, harus mengakui kekalahan ini.

BACA JUGA: Efek Ahok Bikin PPP Bergolak Lagi?

Wakil Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia Girindra Sandino menyebut, setidaknya ada beberapa faktor penyebab kekalahan Ahok-Djarot di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

Pertama, bahwa strategi pendukung Anis-Sandi yang menggerakkan masyarakat untuk membentengi diri di beberapa wilayah rawan sebar sembako dan politik uang cukup efektif, walau memang terlihat intimidatif.

BACA JUGA: Anies-Sandi Unggul, Pandji Pragiwaksono: Gue Akan Berbaris

“Namun dapat dipahami, oleh karena krisis kepercayaan mereka terhadap penyelenggara, khususnya pengawas yang kurang memiliki daya jangkau yang luas dan pasukan yang tidak banyak (untuk mengawasi bagi-bagi sembako, red). Juga kecurigaan warga pendukung Anis-Sandi yang mungkin menduga bahwa dikhawatirkan aparat kurang menjaga netralitasnya,” ujar Girindra dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/4).

Kedua, mesin partai politik pendukung Ahok-Djarot kurang memiliki militansi dan tidak berjalan di banding lawannya yang berhasil merebut hati pemilih warga DKI Jakarta, serta mudah terlena.

BACA JUGA: Anies-Sandi Janji Tutup Alexis, Ahok: Gue mau Nunggu.. haha

“Hal ini harus menjadi perhatian dan evaluasi serta koreksi dari parpol pendukung pemerintah, jika nanti kembali mencalonkan Presiden Joko Widodo sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden pada tahun 2019. Tidak tertutup kemungkinan hal-hal seperti ini akan terulang di Pilpres 2019,” terangnya.

Ketiga, da beberapa sebagian relawan yang mendukung Presiden Jokowi, baik pada saat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2012 maupun dalam pemilihan presiden tahun 2014, berbalik mendukung lawannya, karena merasa ditinggalkan, hanya beberapa kelompok saja yang diakomodir.

“Kemudian tidak tertutup kemungkinan juga dukungan finansial untuk operasional relawan-relawan Ahok-Djarot di bawah tidak mengalir, atau tertahan di tingkat Timses elit, karena sudah yakin menang,” duga Girindra.

Keempat, program rumah Dp Rp 0, cukup “menggairahkan”. “Oleh karena di mata awam, siapa yang memilih Anis-Sandi, berharap tinggi sekali untuk mendapatkan sebuah rumah di DKI Jakarta,” pungkasnya. (sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Elektabilitas Prabowo Anjlok Jika Kinerja Anies-Sandi Jeblok


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler