JAKARTA -- Anggota DPR Fraksi Partai Gerindra, Martin Hutabarat, menegaskan, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia tetap menjaga independensi dan tidak takut tekanan asing dalam melakukan investigasi black box pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100. Meski, pesawat itu adalah buatan Rusia dan juga ada warga negara tersebut yang menjadi korban kecelakaan di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.
"(Investigasi) harus di Indonesia dan tidak perlu takut. Korban jiwa terbesar adalah rakyat kita (Indonesia)," kata Martin, Rabu (16/5) dinihari.
Karenanya Martin menegaskan, KNKT Indonesia harus memimpin investigasi tersebut, dan Rusia hanya mengikuti saja.
Karena, tegasnya, itu semua sepenuhnya kewenangan KNKT Indonesia. "Harus KNKT. Ini kewenangan kita sesuai peraturan internasional dan Rusia bisa membantu. Andaikata Indonesia tidak sanggup baru diserahkan ke Rusia," kata Martin yang juga Anggota Komisi III DPR itu.
Seperti diketahui, Tim SAR dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD yang diterjunkan ke lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, akhirnya berhasil menemukan black box pesawat naas buatan Rusia itu. Instrumen di pesawat yang berfungsi merekam pembicaraan pilot itu ditemukan Selasa (15/5) sekitar pukul 10.00.
Penemunya adalah anggota Kopassus bernama M Taufik. Anggota pasukan elit TNI AD berpangkat Letnan Satu itu menemukan black box yang berada sekitar 100 meter dari puing-puing ekor pesawat.
"Black box tersebut ditemukan di dasar Gunung Salak Bogor di kedalaman 200 meter yang berjarak sekitar 100 meter dari puing-puing ekor pesawat," kata Danrem 061 Suryakencana, Letkol AM Putranto dalam jumpa pers di Posko Evakuasi yang terletak di Balai Pembiakan Embrio Ternak, Cipelang, Bogor, Selasa (15/5) malam. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stamina Ngedrop, Tim SAR Disemprot Disinfektan
Redaktur : Tim Redaksi