Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menduga kelompok profesional itu tidak hanya memiliki jaringan lokal tapi juga berskala internasional.
"Sebab, penembakan dan pelemparan granat tersebut diduga melibatkan 'kelompok profesional ' yang tidak hanya berskala lokal," kata Neta di Jakarta, Senin (27/8).
Neta menambahkan, jika kasus ini tidak segera terungkap dikhawatirkan akan muncul lagi teror baru terhadap aparat kepolisian. "Jika polisi saja sudah diteror, bagaimana publik bisa percaya bahwa Polri mampu menjaga keamanan masyarakat," katanya.
IPW berharap Polri bisa dengan cepat mengungkap kasus Solo agar keresahan masyarakat dan anggota polisi tidak memuncak. "Padahal, penanganan kasusnya dipimpin langsung oleh Kapolda Jateng dan diback up seorang Brigjen dari Mabes Polri, dengan melibatkan Inafis, Puslabfor, Densus 88, dan Bareskrim," ujarnya.
Neta menjelaskan, seorang Pati di Mabes Polri kepada IPW mengungkapkan, kasus teror terhadap polisi di Solo menunjukkan bahwa kepemimpinan Kapolresta Solo menunjukkan yang bersangkutan sebagai Pangkodamar (Panglima Komando Dalam Kamar). "Tidak pernah turun ke lapangan dan hanya tanda tangan blangko SIM/STNK dan BPKB," sindirnya.
Dari pendataan IPW, kata Neta, masih banyak Kapolres seperti ini yang memimpin wilayah. "Seharusnya kepemimpinan kepolisian seperti ini segera "dibersihkan", sehingga para kapolres punya kepedulian yang tinggi terhadap wilayah kerjanya dan tidak menjadi Pangkodamar," beber Neta. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 600 Muslim Syiah Terisolasi
Redaktur : Tim Redaksi