jpnn.com, BANDUNG - Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) menemukan sejumlah bahan peledak dan senjata api lengkap dengan peluru pada sebuah rumah di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin (6/7).
Saat ini, Polda Jawa Barat tengah mendalami asal-usul kepemilikan bahan peledak dan senjata api beserta peluru tersebut.
BACA JUGA: Bahan Peledak dan Senjata Api Ditemukan di Jalan Asia Afrika Bandung
“Sampai sekarang belum ada hubungan dengan teroris," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo di Bandung, Selasa (7/6).
Perwira menengah Polri itu mengatakan bahwa rumah tersebut sudah tidak dihuni sejak 2001 silam.
BACA JUGA: Soal Temuan Bahan Peledak-Senjata Api di Bandung, Begini Kata Densus 88
Menurut Kombes Ibrahim Tompo, pemilik rumah berinisial DKH mengaku bangunan tersebut sebelumnya dihuni oleh saudaranya.
“Kami nanti akan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan, sehingga tahu dari mana sumber-sumber bahan material ini,” ungkapnya.
BACA JUGA: Tuh Tampang Pelaku Teror Bom yang Bikin Heboh, Motifnya Bikin Jengkel
Dia menjelaskan penemuan sejumlah barang berbahaya itu berawal dari DKH yang ingin merenovasi bangunan tersebut.
Namun, petugas yang merenovasi menemukan barang mencurigakan di sebuah rak.
"Dari informasi tersebut dilaporkan kepada intel, dan dicek, setelah dilakukan pengecekan bahwa betul itu merupakan bahan peledak," ungkap Ibrahim Tompo.
Setelah itu, polisi mengerahkan tim Gegana dari Brimob Jawa Barat untuk mengamankan barang-barang tersebut.
Kemudian barang itu pun dibawa ke Markas Brimob Polda Jawa Barat untuk dinonaktifkan.
Dari penemuan itu, Ibrahim Tompo mencatat ada sejumlah bahan peledak yang kondisinya sudah mencair, detonator, senjata api laras panjang berkaliber 7,62 mm, dan ribuan peluru tajam.
“Kami lakukan pendalaman lebih detil lagi, sehingga bisa mengetahui sumber dan asal-usul material itu,” pungkas Kombes Ibrahim Tompo.
Sebelumnya polisi menemukan barang-barang berbahaya itu pada Senin (6/6) sekitar pukul 20.30 WIB. Selanjutnya, polisi langsung mengisolasi bangunan di Jalan Asia Afrika itu guna mengamankan lokasi. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi