jpnn.com - NEW YORK - Di tengah perseteruan Israel dan Palestina, HarperCollins membuat sensasi. Rabu (31/12) penerbit asal Amerika Serikat (AS) itu menuai kritik karena menerbitkan atlas dunia tanpa menyertakan Israel. Padahal, Negeri Paman Sam merupakan sekutu dekat Israel.
Kepada The Tablet, Collins Bartholomew menyatakan, konsumen HarperCollins di Timur Tengah lebih menyukai atlas dunia yang tidak ada nama Israel di sana. Sejauh ini, pasar utama buku-buku dan atlas terbitan penerbit New York itu adalah sekolah-sekolah di negara-negara Teluk.
BACA JUGA: Blogger Tiongkok Sudah Ramalkan Insiden AirAsia QZ8501
Khususnya, sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. "Perubahan ini kami lakukan untuk menuruti permintaan pasar," kata Bartholomew.
Selain mengeliminasi Israel dari atlasnya, HarperCollins menggambarkan dengan jelas lokasi Yordania dan Jalur Gaza. Padahal, secara de facto, Jalur Gaza adalah wilayah Palestina di bawah kendali penuh Hamas. Hingga sekarang, Washington masih melabeli kelompok radikal tersebut sebagai teroris.
BACA JUGA: Berebut Kupon, 35 Tewas dalam Perayaan Tahun Baru di Shanghai
Sementara itu, Uskup Declan Lang menyayangkan kebijakan HarperCollins tersebut. Rohaniwan yang menjabat chairman Departemen Urusan Internasional pada Konferensi Uskup AS itu menuturkan, eliminasi peta Israel dari atlas tersebut hanya akan memperuncing jurang antara Israel dan negara-negara muslim di wilayah Teluk.
"Ini akan mempertegas tuduhan Israel tentang adanya sentimen dan kebencian terhadap mereka di kawasan Teluk,' ungkap Lang.
BACA JUGA: Selamat Datang 2015
Lebih lanjut, dia menyatakan, kebijakan HarperCollins itu bertentangan dengan harapan masyarakat internasional untuk mewujudkan solusi damai kedua negara. Dalam pernyataan resminya, HarperCollins menyebut lenyapnya peta Israel dari atlasnya sebagai kesalahan semata. (dailymail/hep/c23/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korea Utara Sambut Sinyal Damai Korsel
Redaktur : Tim Redaksi