jpnn.com - SAMARINDA – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Timur harus bekerja keras mengejar ketertinggalan dari daerah lain.
Terutama terkait produk yang berpotensi diekspor. Ada beberapa tahapan yang harus dijalani.
BACA JUGA: BRI Penuhi Target Penyaluran KUR
Namun, semuanya membutuhkan keseriusan demi terciptanya komoditas layak ekspor.
Apalagi, penetrasi ekspor di Kaltim termasuk rendah sehingga perlu ditingkatkan.
BACA JUGA: Dokter Hewan Dipecat karena Ungkap Kondisi Ternak di Kapal
“Para produsen harus bekerja sama aktif dengan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian terkait informasi, atau peluang pasar potensial,” ujar Pengamat Ekonomi Kaltim Aji Sofyan Effendi kepada Kaltim Post, Senin (26/12).
Dia mengatakan, produsen Kaltim harus mencari distributor atau agen yang tepat untuk memasarkan produknya di negara asing.
Contohnya, Tiongkok, Malaysia, dan ASEAN. Negara tujuan memberlakukan syarat ketat masuk produk yang berbeda-beda dan beragam.
Secara bertahap, berfokus pada SNI dan sertifikasi internasional lainnya.
“Jangan lupa berkonsultasi aktif dengan Kemendag dan Kemenperin khususnya terkait sertifikasi,” ungkapnya.
Menurutnya, monitoring kebijakan negara dagang, analisis potensi ekspor, negosiasi, klasifikasi ekspor, serta konsultasi ke negara dagang secara aktif, merupakan hal penting.
Apalagi, untuk penetrasi ekspor yang masih rendah di Kaltim.
“Produk Kaltim harus fokus pada produk apa dan negara mana yang dijadikan target,” ujarnya.
ASEAN, tambahnya, merupakan potensi besar untuk dimasuki karena ada MEA.
Industri makanan dan minuman serta kerajinan khas di Kaltim perlu untuk maintained.
“Contohnya produk makanan dan minuman olahan, merupakan salah satu produk dari industri makanan dan minuman yang potensial ekspor di Kaltim,” ujarnya.
Aji mengatakan, produk kerajinan dan ukiran atau furnitur juga layak dijadikan prioritas. (ctr/lhl/k15)
Redaktur & Reporter : Ragil