jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Afriadi Rosdi mengatakan, diksi 'budek-buta' yang dikemukakan calon wakil presiden Ma'ruf Amin beberapa waktu lalu, merupakan metafora yang diambil dari Alquran surah Albaqarah 18. Di ayat tersebut ada kata summun, bukmun dan umyun yang artinya tuli, bisu dan buta.
"Itu metafora dari Tuhan untuk orang-orang yang menolak kebenaran," ujar Afriadi kepada JPNN, Senin (19/11).
BACA JUGA: Timses Jokowi di Jatim Aktif Garap Segmen Pekerja Pabrik
Menurut Afriadi, penggunaan kata summun, bukmun dan umyun merupakan pengibaratan untuk orang-orang kafir yang hatinya buta tuli, terhalang menerima kebenaran ilahi karena faktor pengingkaran terhadap Tuhan.
"Jadi 'budek-buta' yang dikemukakan Kiai Ma'ruf, saya kira juga bukan penghinaan terhadap mereka yang memiliki kekurangan fisik. Tapi kritikan terhadap orang yang tak melihat prestasi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (JK) selama ini," ucapnya.
BACA JUGA: Catat, SBY Baru Maret Mau Kampanyekan Prabowo - Sandi
Lebih lanjut Ketua Pusat Kajian Literasi Media ini mengatakan, umat Islam sangat akrab dan familiar dengan diksi 'tuli-bisu'. Ustaz-ustaz ataupun guru-guru agama sering menyampaikan metafora tersebut itu kepada umat.
Karena itu, Afriadi memprediksi metafora 'budek-buta' tak akan bisa digoreng secara besar-besaran oleh lawan politik pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
BACA JUGA: Kritik Megawati ke Prabowo Tanda Perhatian Kakak ke Adik
"Karena, sekali lagi, itu diksi kepunyaan Allah SWT yang tertulis di dalam Alquran dan umat Islam mengetahui itu. Kiai Ma'ruf saya kira hanya meminjamnya saja," pungkas Afriadi.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasto Sesumbar Jokowi Akan Menang di Jabar
Redaktur & Reporter : Ken Girsang