jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah diminta serius mengurangi polusi udara yang bersumber dari kendaraan bermotor.
Salah satu pemicunya adalah penggunaan BBM beroktan rendah atau 'BBM busuk'.
BACA JUGA: Sudah Saatnya Masyarakat Ubah Perilaku Dalam Menggunakan BBM Â
Selain tak ramah lingkungan, BBM jenis ini dinilai juga merusak mesin dan membuat umur kendaraan jadi lebih singkat.
Karenanya tak heran penggunaan BBM jenis ini di negara lain sudah dihilangkan meskipun harganya lebih murah.
BACA JUGA: Keputusan Pemerintah Tidak Turunkan Harga BBM Dinilai Sudah Tepat
"BBM Ron rendah, seperti Premium, sudah tidak zamannya lagi mengingat saat ini teknologi motor maupun mobil sudah dengan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM oktan tinggi," kata pengamat otomotit, Jusri Pulubuhu, Rabu (24/6).
Menurutnya, sudah saatnya Indonesia benar-benar serius dalam mendorong penggunaan BBM Ron tinggi.
BACA JUGA: 156 TKA asal Tiongkok Tiba di Bandara, Dikawal Ketat
Ini karena BBM Ron rendah selain merusak lingkungan, juga menambah polusi, dan memperburuk mesin kendaraan dengan cepat.
"Sudah waktunya beralih ke BBM yang berkualitas," ujarnya.
Founder and Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) menambahkan bila kendaraan beralih ke BBM jenis oktan tinggi ini, maka komponen kendaraan akan berumur panjang. Dari sisi tenaga atau power kendaraan juga lebih maksimal.
"Jarak tempuh juga relatif lebih jauh karena pembakaran mesin lebih sempurna," tuturnya.
Masalahnya hanya satu, yakni edukasi. Pemerintah harus melakukan edukasi dengan baik agar dipahami masyarakat.
Begitu pula untuk kendaraan angkutan, pemerintah sebaiknya menempuh kebijakan yang tepat.
Juga kalau perlu agar pemerintah juga tak ragu, untuk mulai sepenuhnya memprioritaskan BBM Ron tinggi.
"Sebaiknya sekalian disetop penggunaan BBM dengan oktan rendah. Jadi hanya ada BBM berkualitas baik,"ujarnya.
Syaratnya tentu dengan memberikan pemahaman yang baik kepada publik. Melalui sosialisasi kepada masyarakat, Jusri yakin kebijakan memindahkan konsumsi BBM Ron tinggi bisa dimengerti oleh masyarakat.
"Pemerintah sebaiknya bahu membahu mengajak semua elemen terlibat mengajak masyarakat beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan membuat usia kendaraan lebih panjang. Simpel sebenarnya kalau semuanya dilibatkan," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Febby Tumiwa mengatakan, untuk mengurangi penggunaan BBM jenis premium Pemerintah harus membatasi kuotanya.
Bisa juga dengan menyediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. Misalnya RON 92 seharga RON 88 atau RON 90.
"Mestinya standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkannya (misalnya Euro IV), namun demikian, harganya harus ekonomis," terangnya.
Menurutnya, konsumen cenderung reaktif atas perubahan harga. Misalnya saja, jika harga BBM jenis premium dibuat mahal, ya konsumen akan pindah ke BBM lain yang lebih baik tapi harganya tidak selisih jauh atau lebih murah. (esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad