Pengamat Militer: Pertahanan Bukan Soal Tentara dan Senjata Saja

Senin, 23 Februari 2015 – 15:36 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat militer, Mufti Makarim mengamini statemen Menteri Pertahanan di akun Ryamizard Ryacudu @Ryamizard_R, yang menyebut jika Indonesia berperang, paling hanya mampu bertahan dalam 3 hari.

"Itu kan yang dari dulu sudah dibilang analis keamanan dunia, kalau soal pertahanan bukan soal tentara dan senjata saja. Tapi daya dukung terhadap pasukan dan senjata seperti apa," kata Mufti menjawab JPNN.com, Senin (23/2) di Jakarta.

BACA JUGA: Cara yang Bakal Dilakukan JK jika Abbott Terus Ungkit Bantuan Tsunami

Mufti menyebutkan, operasional tentara bersama perangkatnya seperti mobil hingga pesawat tempur memerlukan dukungan untuk mobilisasi. Tidak saja ketersediaan jalan, bandara, tapi juga bahan bakar/energi untuk mengoperasikan peralatan perang yang ada.

"Pertahanan juga butuh suplai energi. Makanya kalau kita mau menjadi negara yang memiliki konsep negara kuat, sudahilah klaim pertahanan hanya urusan tentara saja. Kembalilah pada konsep holistik, karena pertahanan butuh dukungan banyak aspek," tegasnya.

BACA JUGA: Surat Sakti Pimpinan Batalkan Pemeriksaan Tiga Direktur KPK

Selain itu, Mufti juga mengingatkan bahwa pertahanan jangan hanya dilihat dari sisi militer. Sebab, di era teknologi sekarang ini, cukup dengan serangan virus saja, negara bisa lumpuh. 

"Pertahanan itu tidak melulu militer, diserang dengan virus saja kita lemah, diserang dengan ancaman kelaparan saja kita lemah. Nah, sekarang Menhan menyatakan itu, apakah sekedar pernyataan atau dia punya satu konsep ke depan harus bagaimana?" tandasnya mempertanyakan.(fat/jpnn)

BACA JUGA: 9 Bulan 1 Hari jadi Tersangka, SDA Duga Kuat Ada Unsur Politis

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Periksa Tiga Anak Buah Marwan Jafar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler