jpnn.com - JAKARTA - Penemuan sejumlah serpihan dan korban penumpang pesawat Air Asia makin mengerucutkan analisa penyebab jatuhnya pesawat.
Meski masih harus menunggu proses penyelidikan resmi, namun kemungkinan pesawat mengalami disintegrasi (pecah di atas) dinilai makin kecil.
BACA JUGA: Banyak yang Pingsan, Disiapkan Psikolog
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo menilai potensi pesawat jatuh dan masuk ke dalam laut lebih besar saat ini.
"Kalau pesawat pecah di atas, seharusnya penemuan serpihan bisa satu atau dua hari yang lalu," kata Dudi saat dihubungi kemarin.
BACA JUGA: 40 Jenazah Korban AirAsia QZ8501 Dievakuasi KRI Bung Tomo
Dia memperkirakan sejumlah bagian pesawat baru lepas dan terangkat ke atas setelah tidak kuat menahan tekanan di kedalaman laut tertentu. Karena itu, serpihan tidak langsung bisa ditemukan sesaat setelah lost contact.
"Tapi, ini baru kemungkinan, selebihnya kita tunggu saja hasil penyelidikan nanti," imbuh Dudi.
BACA JUGA: Kepala Pramugari AirAsia QZ8501 Ternyata Kerabat Aktor FTV
Terpisah, mantan test pilot PT Dirgantara Indonesia (DI) Capt Sumarwoto menguatkan tentang kemungkinan tersebut. Menurut dia, kemungkinan pesawat disintegerasi saat masih ada di ketinggian makin tipis.
Hal itu, lanjut dia, juga bisa dianalisis dari bentuk serpihan pesawat dan korban yang relatif masih utuh.
"Pesawat mengalami impact (benturan) ketika jatuh juga kemungkinan tidak. Karena kalau ada impact bentuknya akan tidak karu-karuan, termasuk ketika (jmpact) ke air sekalipun," kata Sumarwoto.
Kecilnya kemungkinan pesawat mengalami disintegrasi dan impact tersebut, tambah dia, kemudian juga menguatkan penyebab kecelakaan pesawat karena mesin yang mati. Yaitu, ketika pesawat mungkin telah terjebak di awan Cumulonimbus (CB) yang mengandung listrik dan es.
Secara umum, beber dia, pesawat yang masuk di awan CB bisa mengalami icing. Ketika hal itu terjadi, kompresor di mesin pesawat bisa sampai rompal karenanya. "Kemungkinannya sih makin mengarah ke mesin mati karena icing itu," imbuhnya.
Dengan melihat bentuk serpihan dan korban, dia menilai, kemungkinan lainnya yang juga mungkin menjadi penyebab kecelakaan akibat unusual attitude juga menjadi makin tipis. Pasalnya, ketika terjadi unusual attitude maka arah pesawat ketika jatuh tidak beraturan. Impact yang keras bakal sulit terhidarkan."
Secara garis besar, unusual attitude terjadi ketika sistem auto pilot pesawat sudah tidak mampu lagi mengendalikan pesawat. Hal itu juga bisa terjadi ketika pesawat masuk ke awan CB yang juga memiliki karakter gerakan udara ke atas dan ke bawah di dalamnya yang begitu kuat.
Turbulensi akan terjadi sangat parah. Pesawat bisa bergerak dengan hidung yang mendongak ekstrem ke atas dan pada akhirnya terjadi stall (jatuh) dengan bentuk spiral.
"Dari dua kemungkinan yang pernah saya sampaikan, arahnya sih karena mesin mati akibat icing," tandasnya. (dyn)
Analisa Penyebab dan Proses Jatuhnya Pesawat Air Asia
(Asumsi Masuk Awan CB)
1. Mesin mati karena icing (kemungkinan besar)
- Mesin kemasukan udara yang mengandung es
- Mesin kemudian rusak dan mati
- Pesawat jatuh
- Pilot masih dimungkinkan mengatur arah pesawat untuk meminimalisir impact
- Pesawat tenggelam
- Di kedalaman tertentu dengan tekanan tinggi, sejumlah bagian pesawat terlepas
- Bagian yang terlepas itu lalu mengapung
2. Unusual Attitude (kemungkinan kecil)
- Pesawat mengalami turbulensi hebat
- Hidung pesawat naik ekstrem ke atas
- Di titik tertentu, pesawat stall (jatuh) dengan bentuk spiral
- Arah pesawat sulit dikontrol
- Potensi impact tinggi
- Pesawat bisa pecah saat terjadi benturan
- Pecahan pesawat bisa langsung mengapung
Sumber: dikumpulkan dari berbagai keterangan pengamat penerbangan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manifes Penumpang AirAsia QZ8501 Ada 162, 153 Masih Dicari
Redaktur : Tim Redaksi